Jumat 19 Nov 2021 00:05 WIB

Bahan Kimia pada Teflon Diklaim Jauh Lebih Beracun

Bahan kimia yang ada pada teflon disebut jauh lebih beracu dari sebelumnya.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Bahan kimia yang ada pada teflon disebut jauh lebih beracu dari sebelumnya.
Foto: Pexels
Bahan kimia yang ada pada teflon disebut jauh lebih beracu dari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah analisis baru dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) menemukan bukti bahwa bahan kimia, yakni PFOA dan PFOS jauh lebih beracun daripada yang diperkirakan sebelumnya. Badan tersebut telah meminta Dewan Penasihat Sains untuk meninjau rancangan dokumen ilmiah tentang dampak kesehatan dari dua jenis bahan kimia, yakni Perfluorooctanoic Substance (PFOA) dan Perfluorooctane sulfonic acid (PFOS) atau Per- and Polifluoroalkyl Substance (PFAS).

PFOA dan PFOS adalah dua bahan kimia populer dan sering dianalisa. PFOA dibuat oleh Dupont untuk membuat Teflon, sedangkan PFOS digunakan oleh 3M dalam Scotchgard (merek cairan pembersih dapur).

Baca Juga

"EPA telah mengirimkan dokumen terbaru ke Dewan Penasihat Sains yang mengemukakan bagaimana efek kesehatan negatif dapat terjadi pada tingkat paparan PFOA dan PFOS yang jauh lebih rendah daripada yang dipahami sebelumnya. Juga PFOA kemungkinan merupakan karsinogen," tulis EPA seperti dilansir dari Eco Watch, Jumat (19/11).

Menurut EPA, PFAS adalah jenis bahan kimia yang telah banyak digunakan dalam produk konsumen dan industri sejak tahun 1940-an. Penggunaan umum termasuk busa pemadam kebakaran, kemasan makanan dan cairan anti noda.

Para ahli khawatir, bahan kimia yang membutuhkan waktu lama untuk terurai itu dapat menjadi limbah dan mencemari lingkungan berkepanjangan. Yang kemudian berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia, hewan, dan makhluk hidup secara umum. Karenanya pada 2015, EPA pernah mengusulkan agar kedua jenis bahan kimia itu tidak lagi digunakan untuk bahan baku produk konsumen.

EPA memperkirakan, lebih dari 200 juta orang di AS terpapar PFAS dalam air minum. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menemukan kandungan PFAS dalam darah hampir semua orang yang telah diuji. Draf dokumen baru akan digunakan untuk mengembangkan batas aman penggunaan PFOA dan PFOS dalam air minum, sesuatu yang telah dijanjikan EPA pada tahun 2023. 

"Di bawah roadmap PFAS terbaru, EPA akan bertindak agresif, terarah dan berbasis sains untuk melindungi masyarakat dari kontaminasi PFOA dan PFOS," kata Administrator EPA, Michael S Regan.

Sejauh ini, Environmental Working Group (EWG) mencatat ambang batas yang tidak bisa diterapkan untuk PFOA dan PFOS dalam air minum adalah 70 bagian per triliun (ppt). Namun, EWG dan kelompok lain telah lama berargumen bahwa seharusnya batas aman itu dikurangi.

"PFOA dan PFOS adalah zat yang sangat beracun yang tetap meresap dalam air minum jutaan orang Amerika. Tindakan hari ini merupakan langkah penting menuju penetapan batas air minum pelindung kesehatan untuk PFOA dan PFOS," kata ilmuwan senior EWG, David Andrews.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement