Kamis 25 Nov 2021 15:51 WIB

Belajar Daring Berdampak pada Kesehatan Mata Anak

Wawalkot mengaku terkejut melihat kondisi kesehatan mata anak-anak Kota Bogor.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah siswa menggunakan gawai untuk mengerjakan tugas sekolah di ruang belajar online di Kota Bogor.
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ANTARA
Sejumlah siswa menggunakan gawai untuk mengerjakan tugas sekolah di ruang belajar online di Kota Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring selama pandemi Covid-19, rupanya berdampak pada kesehatan mata para pelajar. Oleh karena itu, Jabar Bergerak melalukan kegiatan pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis, bagi siswa-siswi penerima manfaat usia 7 sampai 18 tahun di Kota Bogor.

Ketua Jabar Bergerak, Atalia Praratya, menjelaskan pemeriksaan mata ini dilakukan bagi para peserta yang terdiri dari mulai anak SD, SMP, SMA, pesantren sampai panti asuhan sebanyak 400 anak per hari, mulai Selasa (23/11) di Mal Boxies, Jalan Raya Tajur, Kota Bogor.

Baca Juga

Adapun tujuannya untuk melihat seberapa banyak anak yang membutuhkana kacamata, karena anak-anak yang minus atau plus di atas 0,75 dan dibawah 6 saja yang bisa mendapatkan kacamata gratis.

“Pemeriksaan mata untuk anak usia 7 hingga 18 tahun ini penting sekali, karena di masa Pandemi Covid-19 yang mana anak-anak melakukan PJJ butuh upaya agar matanya tetap sehat. Mengingat mereka belajar menggunakan gadget, komputer dan tidak tahu bagaimana posisi membaca dan pencahayaannya,” ujar Atalia.

Atalia mengatakan, ia terkejut dari anak-anak yang diperiksa hari ini ada anak yang sampai minusnya mencapai 11, bahkan plusnya mencapai 7. Serta ada juga yang mengalami masalah mata lainnya.

Hal yang paling mengejutkan lain, kata dia. karena anak-anak ini tidak merasa itu hal aneh atau hal yang perlu diperhatikan. Padahal, menurut Atalia, penting sekali mengetahui kesehatan mata sejak dini.

“Saya kira perlu mengedukasi keluarga, tidak saja untuk kegiatan seperti ini tapi harus dari keluarga sendiri melakukan pemeriksaan mata kepada anak-anak mereka,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, pemeriksaan tajam penglihatan dan pembagian kacamata untuk 500 penerima manfaat di Kota Bogor ini merupakan rangkaian kegiatan dari Kolaborasi dengan Lions Club Bandung Raya, Jabar Bergerak Kota Bogor, RSUD Kota Bogor, Dinkes Kota Bogor, BJB, Teh Pucuk, Le Minerale dan Delimaku.

Kegiatan ini sudah terselenggara di Pangandaran dan Karawang dengan kuota 1.000 kacamata. Ia berharap ke depan semoga semakin banyak anak-anak yang terbantu dan anak-anak bisa menggapai cita-citanya.

“Saya kira juga ini bisa dijadikan bahan riset bagaimana Pembelajaran Jarak Jauh ini bisa mempengaruhi kesehatan anak-anak tidak saja kesehatan mata karena terlalu lama di depan gadget dan komputer, tapi juga masalah obesitas dan kesehatan mental anak,” tuturnya.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengaku terkejut melihat kondisi kesehatan mata anak-anak Kota Bogor kurang baik, bahkan ada yang minus dan plusnya sangat tinggi. Ini tentu ada hal-hal yang mempengaruhi mulai dari kebiasaan memakai gadget berlebihan, kurangnya pencahayaan di ruangan, posisi membaca dan lainnya.

“Ini menjadi perhatian kita bersama di masa Pandemi Covid-19, PJJ ternyata mengandung risiko. Jadi kami mengingatkan kepada orang tua untuk hati-hati dan turut memperhatikan kesehatan anak-anaknya,” jelasnya.

Sementara itu, Camat Bogor Timur, Rena Da Frina mengatakan, 800 peserta pemeriksaan mata ini datanya diambil dari puskesmas se-Kota Bogor sebanyak 440 ditambah dengan anak-anak dari pesantren dan panti asuhan.

Anak-anak ini dijemput memakai bus Uncal yang titik jemputnya sudah ditentukan dan dikoordinasikan dengan kecamatan, puskesmas dan Dinkes. Rena menjelaskan, dari 800 anak ini tidak semuanya dapat kacamata karena ada batasan usia. Serta batasan plus dan minus kacamata.

Dimana anak-anak dengan hasil plus dan minusnya di antara 0,75 sampai 6, mendapatkan kacamata. Sedangkan mereka yang hasil plus dan minusnya di bawah 0,5 atau di atas 6, tidak mendapatkan kacamata.

“Kacamata dibuat sebulan karena hasilnya dikirim lebih dulu ke Singapura. Nanti baru dibagikan di kecamatan masing-masing koordinasi dengan puskesmas,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement