Jumat 26 Nov 2021 05:03 WIB

Sang Guru HIS Muhammadiyah Bernama Sudirman

Panglima Besar Sudirman ternyata Mantan guru HIS Muhammadiyah di Cilacap

Red: Muhammad Subarkah
Mantan guru HIS Muhammadiyah yang kemudian menjadi Panglima Besar Sudirman tengah mengerjakan shalat berjamaah.
Foto: Istimewa
Mantan guru HIS Muhammadiyah yang kemudian menjadi Panglima Besar Sudirman tengah mengerjakan shalat berjamaah.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan Traveller.

“Kelak engkau akan menjadi orang besar. Tabahlah!” Sebagai seorang Muslim yang taat, ramalan yang disampaikan orang Keling dari India itu tak mempengaruhinya. 

Garis takdir manusia telah dituliskan jauh sebelum bumi diciptakan. Karenanya, tak ada yang menyangka kalau “Si Guru Kecil”, begitu julukan yang diberikan padanya, kelak menjadi jenderal besar. 

Panglima besar yang namanya disematkan pada ruas jalan utama di Ibukota dengan patungnya yang berdiri gagah di tengahnya.

Tak banyak yang tahu kalau Panglima Besar Jenderal Soedirman mulanya adalah seorang guru HIS Muhammadiyah, di Cilacap. HIS (Hollandsch Inlandsche School) adalah sekolah setingkat SD dengan masa belajar selama 7 tahun.

Sebagai guru gajinya tak banyak, hanya sekitar 3 gulden per bulan. Gaji itu sangat "ngepas" untuk kehidupan sehari-hari.

Namun bukan materi yang dicari dengan menjadi guru, melainkan pengabdian dan keikhlasan. Ia sadar masa depan bangsa ini bisa diperbaiki melalui pendidikan. Tanggung jawab serta kecintaannya pada Muhammadiyah membuat semuanya menjadi lebih mudah.

Baca juga : Satgas: Jangan Liburkan Sekolah di Periode Libur Nataru

Uniknya, sebagai guru ia tidak memiliki ijazah sekolah guru. Yang pada waktu itu bernama HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool), karena ia "hanya" lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Wiworotomo.

Meski demikian, jiwa Soedirman adalah seorang pendidik. Sewaktu masih menjadi murid di MULO ia sudah dijuluki “Si Guru Kecil” karena biasa mengajari teman-temannya. 

Ia tidak mau berhenti belajar. Sekalipun telah menjadi guru, ia menambah ilmu dengan belajar pada R Mokh Kholil, Pimpinan Muhammadiyah Cilacap pada waktu itu, maupun melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.

Pribadinya yang hangat dan cara mengajarnya yang menyenangkan membuatnya menjadi "guru favorit". 

Tak lama, ia dipercaya untuk menjadi kepala sekolah HIS Muhammadiyah dengan gaji 25,50 guden per bulan. Gaji itu cukup besar untuk ukuran waktu itu.

Profesi guru yang begitu dicintainya terpaksa harus ditinggalkan karena situasi negeri yang kacau akibat serangan Jepang yang datang tiba-tiba.

Dari situlah kariernya sebagai tentara dimulai dengan ditugaskan menjadi ketua sektor LBD (Lucht Besherming Dienst) atau Dinas Perlindungan Bahaya Udara Belanda.

Karier militernya terus berlanjut di masa pendudukan Jepang dengan menjadi Daidancho (Komandan Batalion) Daidan III di Kroya, Banyumas.

Baca juga : Guru Honorer: Kami Ingin Segera Diangkat PPPK, Pak!

Kecintaannya pada Tanah Air dibuktikan dengan memimpin perang gerilya, sekalipun saat itu tubuhnya mulai melemah akibat digerogoti bakteri TBC.

Soedirman adalah seorang guru. Di dalam hutan ia berikan keteladanan pada prajuritnya, bagaimana bersabar pada kondisi tersulit dan terus berjuang hingga Allah hadirkan kemenangan.

Selamat Hari Guru!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement