REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyelenggarakan seminar online series ke 45 FKM UI dengan tema "Peduli TBC, Peduli Indonesia Bergerak Bersama Menuju Eliminasi TBC Tahun 2030".
"Dalam situasi TBC di Indonesia dalam 5 tahun terakhir mengalami naik turun, dilihat dari jumlah penemuan kasus yang ditemukan," kata Direktur P2PML Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam siaran persnya, Sabtu (27/11).
Menurutnya, pemerintah telah berkomitmen dalam menanggulangi TBC melalui berbagai pedoman dan peraturan yang ada, salah satunya yang terbaru melalui Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis yang telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 2 Agustus 2021 lalu.
Webinar yang telah digelar pada Selasa (16/11) melalui Zoom dan kanal Youtube FKM UI ini, mengundang perwakilan dari pemerintah pusat, PDPI, dan BPJS Kesehatan sebagai pemangku kepentingan yang akan membahas mengenai peran pemerintah melalui kebijakan nasional, pembiayaan dan penanggulangan kasus TBC.
Selain melihat sudut pandang dari para pemangku kepentingan, pada webinar ini juga turut serta mengundang perwakilan dari tenaga kesehatan di lapangan seperti petugas di Puskesmas dan organisasi masyarakat dalam menanggulangi kasus TBC. Webinar ini diinisiasi mahasiswa Pascasarjana FKM UI pada mata kuliah Strategi dan Manajemen Mutu Layanan Kesehatan bersama dosen pengampu Dr dr Adang Bachtiar, PhD.
Tuberculosis atau TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang ke berbagai organ tubuh manusia, mulai dari paru, usus, tulang, hingga sistem saraf pusat. Penyakit TBC menjadi ancaman di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Berdasarkan WHO Global TBC Report menyebutkan bahwa sebanyak 9.9 juta kasus TBC ditemukan di seluruh dunia, dan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebanyak 824.000 kasus, dengan insiden terbanyak ditemukan pada laki-laki sebanyak 53%.
Terdapat 5 poin strategi yang dilakukan dalam mengeliminasi TBC, yakni melalui penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, meningkatkan akses layanan TBC yang bermutu dan memihak pada pasien, mengintenskan upaya kesehatan dalam rangka penanggulangan TBC, meningkatkan penelitian, pengembangan dan inovasi, meningkatkan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya serta menguatkan manajemen program.
Penguatan program penanggulangan kasus TBC juga dilakukan oleh BPJS Kesehatan, melalui regulasi dan optimalisasi pelayanan TBC di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) melalui rujukan horizontal dan rujukan berjenjang berbasis kompetensi pada pelayanan TBC.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Depok, dr Elisa Adam, MPH menyebutkan bahwa penting sekali adanya dukungan dari berbagai multisektor dan terus berkomitmen dalam menyukseskan program JKN, termasuk dalam penjaminan pelayanan TBC, mulai dari pelayanan promotif, preventif dan edukasi kepada masyarakat di layanan primer.
Melalui paparan dari Syahidah Asma Amani, S.Gz dan dr Siti Muhimatul Munawaroh menyebutkan bahwa pentingnya peran FKTP dalam mengeliminasi TBC melalui promosi kesehatan, dimulai dari advokasi pemangku kepentingan, membentuk dukungan sosial yang kondusif, serta melakukan pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan gerakan remaja sadar TBC (GADAR TBC) dan berbagai saluran media, seperti media offline ataupun media baru atau online.
Hal serupa disebutkan oleh dr Yeremia Prawiro Mozart Runtu yang membahas mengenai peran organisasi masyarakat dalam eliminasi TBC. Hal menarik yang disampaikan oleh dokter Yere, bahwa edukasi TBC telah dilakukan secara digital melalui aplikasi SOBAT TBC, Solusi Online Berbagi Informasi Seputar TBC.
Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat mendapatkan berbagai informasi akurat dari artikel dan podcast secara komprehensif dan up-to-date seputar TBC, dapat melakukan skrining gejala TBC secara mandiri, serta memanfaatkan adanya fitur komunitas dan forum untuk berbagi pengalaman dan konsultasi seputar TBC antar pasien, penyintas, hingga tenaga medis.
Adanya webinar ini menyadarkan kita bersama akan pentingnya kerjasama dan koordinasi dari para pemangku kebijakan dan petugas kesehatan di lapangan yang kontak secara langsung dengan masyarakat dalam menanggulangi TBC dan mencapai target nasional.