REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan Iran mulai memproduksi uranium yang diperkaya dengan sentrifugal canggih di pabrik Fordow yang terletak di dalam gunung. Langkah ini dilakukan tepat saat perundingan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) digelar di Wina.
Pengumuman ini tampaknya untuk melemahkan pembicaraan tidak langsung Amerika Serikat (AS) dan Iran yang bertujuan membawa kembali dua negara itu ke JCPOA. Pembicaraan itu dimulai kembali pada pekan ini setelah terhenti selama lima bulan karena pemilihan presiden Iran yang dimenangkan ulama garis keras Ebrahim Raisi.
Negosiator negara-negara Barat di pembicaraan tersebut khawatir Iran melakukan sesuatu di lapangan untuk mendorong daya tawar dalam perundingan. Di hari ketiga perundingan tersebut, IAEA mengatakan Iran memulai kembali proses pengayaan uranium dengan tingkat kemurnian hingga 20 persen dengan menggunakan satu klaster dari 166 mesin IR-6 di Fordow. Mesin itu lebih efisien dari generasi pertamanya IR-1.
Aktivitas Iran kali ini telah menggerus JCPOA. Pasalnya kesepakatan nuklir itu melarang Teheran memperkaya uranium di Fordow. Hingga saat ini, Iran telah memproduksi uranium yang diperkaya dengan mesin-mesin IR-1 dan memperkaya sedikit uranium dengan IR-6 tanpa mempertahankan produknya.