Kamis 02 Dec 2021 22:53 WIB

Siloam Hospitals Balikpapan Gelar Edukasi Terkait HIV-Aids

Siloam ungkap kurangnya edukasi membuat ODHA sering mendapat perlakuan diskriminatif

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Siloam Hospitals Balikpapan menggelar edukasi bincang sehat seputar HIV-Aids bertajuk Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya. Edukasi dilakukan guna meningkatkan dan mengingatkan kembali akan pengetahuan dan kepedulian terkait HIV/Aids melalui aplikasi live Instagram.
Foto: istimewa
Siloam Hospitals Balikpapan menggelar edukasi bincang sehat seputar HIV-Aids bertajuk Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya. Edukasi dilakukan guna meningkatkan dan mengingatkan kembali akan pengetahuan dan kepedulian terkait HIV/Aids melalui aplikasi live Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Bertepatan dengan perayaan Hari AIDS (Acquired Immunodeficiency syndrome) Internasional, Rabu (1/12) Siloam Hospitals Balikpapan menggelar edukasi bincang sehat seputar HIV-Aids bertajuk "Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya". Edukasi dilakukan guna meningkatkan dan mengingatkan kembali akan pengetahuan dan kepedulian terkait HIV/Aids melalui aplikasi live Instagram.

Disampaikan dalam edukasinya,  Dokter VICITY klinik atau dokter Voluntary Counseling Testing khusus untuk HIV-Aids, dr Liliana Handranatan mengatakan HIV masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Kurangnya edukasi dan pemahaman tentang HIV membuat Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) seringkali mendapatkan perlakuan yang diskriminatif.

"HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit," ungkap Liliana Handranatan.

Menurutnya, HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut Aids. Aids adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

"Jadi HIV itu adalah virusnya, sementara AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena penurunan kekebalan tubuh," imbuh Liliana.

Ia menjelaskan untuk mencapai tahap Acquired Immunodeficiency Syndrome (Aids), yang dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang jika tidak diobati, tergantung pada kondisi masing-masing individu. Namun, tidak semua orang yang mengidap HIV akan berkembang menjadi Aids.

"Secara garis besar ada empat cara virus ini ditularkan. Yang pertama melalui transfusi darah, yang kedua lewat cairan sperma atau cairan pre ejakulasi, yang ketiga lewat cairan vagina, dan yang terakhir melalui Air Susu Ibu. Jadi penularannya tidak semudah yang kita kira," tutur dokter Lili yang juga bertugas sebagai dokter MCU di Siloam Hospitals Balikpapan.

Ditambahkannya, bahwa HIV itu tidak ditularkan melalui air liur tetapi lewat darah dan cairan sperma dan air susu ibu dan bukan dari kontak makan. Oleh karena menurut dia, keluarga tidak perlu khawatir saat makan bersama dengan penderita Aids.

Gejala dari HIV yang pertama kali muncul adalah, demam, sakit kepala, diare, dan sariawan.

Biasanya untuk orang dengan HIV positif menjadi AIDS itu butuh waktu yang lama dengan durasi lebih dari 10 tahun. "Disana kalau sudah muncul AIDS maka gejala-gejala dari turunnya sistem kekebalan tubuh seperti infeksi-infeksi oportunistik akan bisa masuk ke dalam tubuh, jadi bisa menyebabkan infeksi TBC, kemudian penurunan berat badan yang signifikan, lalu bisa menyebabkan infeksi jamur dan lain sebagainya," tutur dokter Lili. 

Faktor risiko

Faktor risiko merupakan hal yang harus diketahui masyarakat agar pencegahan dapat dilakukan secara optimal. Pada kesempatan edukasi diakhir sesi, Dokter Liliana Handranatan menjelaskan akan faktor tersebut didapat melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian seperti yang biasa ditemukan pada pengguna narkoba suntik, hubungan seks yang tidak aman seperti yang biasa ditemukan pada kelompok-kelompok tertentu misalnya hubungan dengan sesama jenis. 

Selain itu, air susu ibu yang sudah terkena HIV AIDS. "Penularan virus ini umum didapatkan dari ketiga faktor tersebut," ungkap Liliana mengingatkan.

Akan Tatalaksana pasien pengidap HIV-AIDS, klinik VCT di Siloam Hospitals Balikpapan, maka pasien dapat melakukan konsultasi yang bersifat rahasia. Untuk hasilnya pun bersifat rahasia, jadi bagi yang merasa memiliki faktor resiko HIV -AIDS silahkan datang berkonsultasi agar bisa dilakukan tes/pemeriksaan. 

"Tes yang dilakukan biasanya melalui pengambilan dan pemeriksaan darah, dan disarankan untuk datang sendiri. Jadi untuk pasangan pun sifatnya rahasia," pungkas dokter Liliana Handranatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement