Senin 06 Dec 2021 22:21 WIB

China Minta AS Setop Serukan Boikot Olimpiade Beijing

China menyatakan tak segan mengambil tindakan balasan terhadap Washington.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Para peserta memegang nyala api Olimpiade di jalan lentera pengaman di atas panggung pada upacara penyambutan nyala api Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Beijing, China, 20 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/WU HONG
Para peserta memegang nyala api Olimpiade di jalan lentera pengaman di atas panggung pada upacara penyambutan nyala api Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Beijing, China, 20 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China minta politisi Amerika Serikat (AS) berhenti menyerukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. China menyatakan tak segan mengambil tindakan balasan terhadap Washington.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, para politisi AS yang menyerukan pemboikotan Olimpiade Musim Dingin Beijing harus dihentikan agar tidak mempengaruhi dialog serta kerja sama bilateral kedua negara. “Jika AS bersikeras dengan sengaja berpegang teguh pada jalannya, China akan mengambil tindakan balasan yang tegas,” ujarnya, Senin (6/12).

Baca Juga

Pada Ahad (5/12), CNN melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden bakal mengumumkan pemboikotan diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 pekan ini. Para pejabat AS tidak akan menghadiri perhelatan olahraga tersebut. Kendati demikian, kontingen AS tetap diizinkan berpartisipasi. Gedung Putih belum secara resmi mengomentari laporan CNN.

Departemen Luar Negeri AS juga tak menanggapi pertanyaan terkait pemberitaan CNN. Bulan lalu, Joe Biden mengatakan negaranya tengah mempertimbangkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. “Sesuatu yang kami pertimbangkan,” ujar Biden saat ditanya tentang hal tersebut pada 18 November lalu. 

Dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Cina menjadi alasan utama mengapa AS hendak memboikot Olimpiade Beijing. Menurut Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, tidak ada batas waktu untuk keputusan presiden apakah akan melakukan boikot atau tidak.

Pada 16 November lalu, Biden melakukan pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping. Tak hanya kerja sama bilateral, mereka turut membahas beberapa isu yang menempatkan kedua negara dalam posisi berseberangan. Xi mengakui terdapat banyak tantangan dalam hubungan China-AS. Menurutnya, guna menyiasati hal tersebut, komunikasi dan kerja sama antara kedua belah pihak harus ditingkatkan. “China dan AS harus saling menghormati, hidup berdampingan dalam damai, dan mengejar kerja sama saling menguntungkan,” kata Xi.

Biden turut mengakui adanya pertentangan antara AS dan China pada beberapa isu. “Tampaknya menjadi tanggung jawab kita sebagai pemimpin China dan AS untuk memastikan bahwa persaingan antara negara kita tidak mengarah ke konflik, baik disengaja maupun tidak,” ujarnya.

Dalam pertemuan virtual tersebut, Xi dan Biden turut membahas isu Taiwan, Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet. Beijing dan Washington berada pada posisi berseberangan pada isu-isu tersebut. “Presiden Biden menyuarakan keprihatinan tentang praktik China di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong, serta (HAM) secara lebih luas,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

AS diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap Beijing, terutama yang terkait dengan isu HAM. Polemik Hong Kong, perselisihan soal status Taiwan, dan dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang adalah beberapa masalah yang kerap diusung AS untuk mengkritik China. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement