REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengungkap sejumlah cara agar sekolah dan kampus mempunyai peran dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satunya, pendidikan harus berhenti mencetak lulusan yang hanya pintar secara akademis dan mulai mendidik pelajar menjadi pribadi yang berintegritas.
"Caranya pendidikan Indonesia sekarang harus berhenti mencetak lulusan yang hanya pintar secara akademis dan mulai mendidik pelajar menjadi orang-orang yang berintegritas. Menjadi pelajar Pancasila yang cerdas berkarakter," ungkap Nadiem pada kegiatan bertajuk 'Peluncuran Strategi Nasional Pendidikan Antikorupsi' yang digelar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara daring, Selasa (7/11).
Nadiem mengatakan, seluruh arahan Merdeka Belajar dan transformasi pendidikan yang dia lakukan sudah mengarah pada satu tujuan, yakni profil pelajar Pancasila, yang pilar utamanya ialah integritas dan akhlak mulia. Dia mengatakan, perubahan itulah yang kini menjadi prioritas Kemendikbudristek.
"Di mana anak-anak dari jenjang PAUD sampai SMA dan SMK didorong untuk memahami dan bukan hanya memahami, tapi aktualisasikan nilai-nilai Pancasila melalui metode pembelajaran berbasis project. Di mana mereka terlibat secara aktif dalam proses belajar," jelas Nadiem.
Dia menilai, pembelajaran mengenai akhlak, Pancasila, moralitas, dan integritas saat ini banyak yang hanya sebatas teori. Menurut dia, jika pembelajaran itu semua tidak diimplementasikan, tidak berbasis proyek, dan bukan berbasis suatu portofolio pekerjaan, di mana seorang pelajar harus berkolaborasi dengan murid-murid lain, maka integritas tidak akan mungkin bisa mendarah daging di dalam generasi penerus bangsa.
Untuk jenjang perguruan tinggi, Nadiem mengatakan, saat ini sudah ada berbagai macam program Kampus Merdeka yang mendorong mahasiswa untuk keluar dari kampus, belajar dari masyarakat, dan berkontribusi secara sosial untuk Indonesia. Dengan cara itu, pelajar dan mahasiswa dia sebut akan dapat memahami perannya sebagai generasi penerus bangsa.
"Bukan hanya sebagai seorang yang ingin menjadi sukses, tapi juga (memiliki) misi sosialnya untuk membangun Indonesia dengan integritas yang tinggi," kata Nadiem.
Menurut dia, jika pendidikan tidak bisa menimbulkan rasa tenggang sosial atau mendidik anak-anak menjadi generasi penerus bangsa yang peduli akan kesenjangan sosial Indonesia, maka level integritas mereka akan sulit untuk meningkat. Terlebih ketika di masa depan mereka dipertemukan dengan berbagai macam godaan terhadap integritasnya.
"Saya sangat mengapresiasi inisiatif pendidikan antikorupsi yang sekarang menjadi salah satu prioritas KPK. Strategi nasional pendidikan antikorupsi ini upaya preventif dari kasus korupsi yang harus dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan," tutur dia.
Nadiem menyebutkan, pendidikan antikorupsi merupakan bekal bangsa ini untuk membangun Indonesia yang unggul di masa depan. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, kata dia, strategi nasional pendidikan antikorupsi ini harus dilaksanakan secara gotong royong dan kolaboratif. Upaya tersebut tidak akan sukses jika tidak dilakukan dengan gotong royong.
"Saya yakin Indonesia dalam waktu dekat akan tumbuh sebagai negara yang maju dengan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, tapi perlu ketekunan, perlu disiplin dan perlu kolaborasi. lintas kementerian, lintas masyarakat, antara publik dan swasta," terang Nadiem.