REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terdapat tiga pilar tiga pilar moderasi beragama, yaitu cinta, kasih sayang, dan menghargai perbedaan.
Hal itu disampaikan Penasihat Darma Wanita Persatuan Kementerian Agama (Kemenag), Eny Retno Yaqut. Istri Menteri Agama Cholil Yaqut Qoumas ini mengatakan, tiga kunci moderasi beragama tersebut harus dimulai dari diri sendiri.
“Moderasi beragama harus dimulai dari diri kita sendiri karena persoalan apapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bermula dari diri sendiri. Cinta, kasih sayang dan penghormatan menghargai perbedaan merupakan kunci moderasi beragama,” ujar Eny dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/12).
Hal ini disampaikan Eny dalam kegiatan Monolog Budaya dan Launching Buku Moderasi Beragama dalam tiga bahasa di Bali, Rabu (7/12). Kegiatan ini juga dirangkai dengan Internasional Seminar & Expose on Religious Harmony dengan tema “Diplomasi Moderasi Bergama Untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global.”
Lebih lanjut, Eny menjelaskan bahwa hidup dalam keragaman diperlukan adanya penghormatan yang bisa diekspresikan secara proporsional, tidak boleh terjebak prasangka dalam memandang perbedaan, tidak boleh memandang seseorang dari latar belakangnya, warna kulitnya atau suku, bangsa dan agamanya.
“Kita perlu memandang seseorang sesuai dengan kapasitasnya dan kita perlu selalu mengedepankan rahmah (cinta kasih), dan nilai-nilai itu hendaknya bisa kita tanamkan pada keluarga kita, anak-anak kita. Dengan cara tersebut maka kedamaian, kenyamanan akan dapat terwujud dalam kehidupan kita,” ucap Eny.
Dia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak saling menyalahkan satu sama lain dan harus saling meghargai sesama anak bangsa.
“Jangan suka menyalahkan orang lain seberapa bedanya kita, sejatinya kita disatukan sebagai sesama manusia dan percayalah bahwa sesungguhnya kebaikan itu seperti virus, yang apabila kita lakukan maka akan bisa menyebar dan menular pada orang lain agar bisa melakukan kebaikan,” katanya sembari menambahkan, “Kita boleh berbeda, tetapi kita tetap perlu menghormati setiap hal yang berbeda.”