REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Sejak sepekan terakhir, harga rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tembus Rp 23.000 per kilogram. Angka ini merupakan harga tertinggi selama ini dengan kadar air maksimal 40 persen.
Kenaikan harga yang tergolong cukup tinggi sejak rumput laut dibudidayakan di daerah itu. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Nunukan Dian Kusumanto menjelaskan, kenaikan harga rumput laut ini sangat menggembirakan bagi pembudidaya dan pengusaha atau pengepul lokal.
"Harga ini naik tentunya tidak terlepas dari tingginya permintaan dari pengusaha pengolahan atau pabrik yang mengekspor keluar negeri akhir-akhir ini," kata dia, Senin (13/12).
Bahkan, Dian menyatakan, pengusaha dari luar Kabupaten Nunukan semakin banyak yang masuk membeli rumput laut. Padahal sebelumnya, harga paling tinggi sebesar Rp 20.000 per kilogram dan terus beranjak naik hingga mencapai Rp 23.000 per kilogram. Harga ini diprediksi akan semakin naik apabila permintaan dari luar negeri semakin tinggi dan kualitas semakin membaik.
Hanya saja, masalah kualitas ini tampaknya belum menjadi perhatian prioritas bagi pembudidaya atau pengepul lokal sehubungan dengan tingginya permintaan. Pada intinya, pembudidaya dan pengusaha pengepul lolak hanya mengutamakan kuantitas dan produksi semata.
Dian mengatakan, jika pembudidaya atau pengusaha pengepul memperhatikan kualitas dengan menurunkan kadar air 35-36 persen sesuai standar eksportir, maka tidak menutup kemungkinan harga dapat tembus pada kisaran Rp 27.000 per kilogram. Dian berharap ke depannya pembudidaya, pengusaha pengepul lokal melalui asosiasinya mulai memikirkan perbaikan kualitas agar mendapatkan kepercayaan dari pengusaha (eksportir).
Rumput laut sebagai sektor unggulan Kabupaten Nunukan dapat diproduksi hingga 4.000 ton setiap bulan dan kian meningkat seiring dengan naiknya harga saat ini. "Kenaikan harga sampai Rp 23.000 per kilogram sekarang ini semakin memicu semangat pembudidaya untuk meningkatkan produksi," ungkap dia.