REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Ada dua mural pesepak bola kulit hitam yang saling berhadapan di sebuah gang di Glasgow. Satu membentuk pesepak bola beken seperti yang kerap dikenal, Pele.
Sementara itu, sepak bola adalah medium pun saran yang tepat bagi kesetaraan suku, agama, rasa, dan antar golongan. Sepak bola modern adalah memberikan ruang-ruang tersebut untuk berkumpul di dalamnya.
Andrew Watson menjadi kapten timnas Skotlandia untuk kemenangan 6-1 atas Inggris pada debutnya tahun 1881. Dia adalah seorang pionir, pemain internasional kulit hitam pertama di dunia, tetapi selama lebih dari satu abad, arti penting dari pencapaiannya tidak diakui.
Penelitian yang dilakukan selama tiga dekade terakhir telah meninggalkan kita dengan beberapa rincian biografi yakni, seorang pria keturunan budak lahir di Guyana, dibesarkan untuk menjadi seorang pria Inggris dan terkenal sebagai salah satu ikon pertama sepak bola Skotlandia.
Namun hari ini, 100 tahun setelah kematiannya di usia 64 tahun, Watson tetap menjadi teka-teki, gambaran pun wajah sepak bola dunia.
Lahir Mei 1857, dia adalah putra dari bos kebun gula, Peter Miller Watson, dan perempuan lokal Guyana, yang kala itu diduduki Inggris Raya, bernama Hannah Rose.
Watson pulang ke Skotlandia bersama ayah serta kakak perempuan, Annetta. Keduanya menerima warisan berlimpah ketika sang ayah meninggal pada 1869.
Lahir di keluarga kaya, Watson menerima pendidikan tinggi. Namun, dia juga memiliki nilai bagus di mata pelajaran olahraga. Ketika belajar filsafat alam, matematika, dan teknik sipil di Universitas Glasgow, cintanya kepada sepak bola semakin merekah. Watson memutuskan meninggalkan sekolah setelah hanya setahun menimba ilmu.
Setelah membela dua klub lokal, Maxwell dan Parkgrove, Watson terpilih untuk mewakili Glasgow pada duel antar kota melawan Sheffield pada April 1880. Dia juga masuk skuad yang menjalani tur ke Kanada musim panas tahun yang sama. Sayang, program itu batal karena sekretaris Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (SFA) kala itu, William Dick, meninggal.
Beroperasi di sisi pertahanan, Watson hijrah ke Queen's Park yang berstatus klub sepak bola yang saat itu tergolong terbesar di Inggris Raya. Dia membantu klub memenangkan tiga gelar Piala Skotlandia. Dengan ini, Watson menjadi pemain kulit hitam pertama yang memenangkan kompetisi.
Menariknya lagi, Watson merupakan salah satu pelopor modernisasi dalam permainan sepak bola yang sebelumnya lebih menandakan permainan dribbling individu.
"Pele adalah pesepak bola jenius, tetapi ada ribuan pesepak bola jenius yang pengaruhnya seketika mati begitu sang pemain pensiun," kata Ged O'Brien yang merupakan pendiri Museum Sepak Bola Skotlandia dilansir BBC Sports Internasional, Senin (13/12).
Lebih lanjut, Ged O'Brien mengatakan, talenta dan kemampuan Watson dalam dunia kulit bundar tak boleh dipandang sebelah mata. Dirinya jelas merupakan sosok terbaik dalam sepak bola modern pada saat itu.
"Watson adalah pesepak bola kulit hitam paling berpengaruh sepanjang masa. Tidak ada seorang pun yang bisa menyamai," sambung dia.
Selain kepiawaian di dalam lapangan, pendidikan yang dimilikinya membantu Watson menjadi administrator klub. Dia menduduki posisi ini di Parkgrove dan Queen's Park.
Seiring perubahan era, Watson ikut terbawa kehadiran profesionalisme. Dia membela klub berbasis Merseyside, Bootle FC, setelah menerima bayaran.
Perbedaan warna kulit tidak pernah jadi masalah bagi Watson, setidaknya menurut catatan sejarah. Tidak ada catatan dia menjadi korban rasialisme pada buku rekor SFA.
Satu-satunya anomali dari partisipasi Watson kala itu justru menyangkut sepatu. Dia memakai warna coklat, berbeda dari hitam yang dikenakan koleganya.
Selama hidupnya, pengaruh Watson terasa di seluruh permainan. Dia adalah seorang kapten, pemenang piala nasional, administrator, investor, dan ofisial pertandingan, setiap pencapaian dan kontribusi dibuat sebagai orang kulit hitam pertama yang melakukannya.
Watson pindah ke Inggris pada usia sekitar dua tahun. Ia memiliki privilege berbeda dari orang kulit hitam lainnya, Watson masuk sekolah terbaik di Inggris.
Penyair Liverpudlian, Mark Al Nasir, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti latar belakang Watson.
"Saya melihat seorang pria kulit hitam dari Guyana yang merupakan pesepak bola kulit hitam pertama di dunia, yang mirip dengan saya dan memiliki nama keluarga kami. Saya berpikir: 'Kita harus berhubungan," kata Al Nasir, yang mengubah namanya dari Mark Watson ketika dia masuk Islam.
Publik Skotlandia harus menunggu cukup lama sebelum menyaksikan pemain berwarna lain yang membela timnas. Setelah Watson, nama selanjutnya yang tampil adalah Paul Wilson pada 1975. Wilson keturunan India.
Sedangkan pemain kulit hitam berikutnya yang memperkuat timnas Skotlandia adalah Nigel Quashie pada 2004, 123 tahun setelah Watson melakukannya.