Selasa 14 Dec 2021 09:33 WIB

Bennett Optimistis Perjalanan ke UEA Membawa Damai

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett optimistis dengan perjalanan ke UEA

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett optimistis dengan perjalanan ke UEA. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MOTI MILROD
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett optimistis dengan perjalanan ke UEA. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan pulang dengan sangat optimistis dari perjalanan dua hari ke Uni Emirat Arab (UEA), Senin (13/12). Kunjungan itu menjadi kunjungan resmi pertama ke negara Teluk oleh seorang pemimpin Israel sejak negara-negara itu menjalin hubungan tahun lalu.

Dalam sebuah pernyataan video sebelum meninggalkan UEA, Bennett mengatakan telah mengadakan pembicaraan yang bermakna, mendalam, dan langsung tentang wilayah tersebut. "Saya terbang kembali ke Israel dengan sangat optimistis hubungan ini dapat menjadi contoh bagaimana kita dapat membuat perdamaian di Timur Tengah,” katanya.

Baca Juga

Kantor Bennett mengatakan dia bertemu dengan putra mahkota Abu Dhabi dan penguasa de facto Emirat Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan selama sekitar empat jam. Lebih dari setengah waktunya dihabiskan dalam pembicaraan empat mata. Kantor Perdana Menteri Israel juga mengatakan putra mahkota telah menerima undangan untuk mengunjungi Israel, meskipun tanggalnya tidak segera diumumkan.

Dalam sebuah pernyataan bersama, kedua negara menyebut kunjungan itu menandai tonggak sejarah lain dalam pengembangan hubungan yang hangat dan kemitraan yang luar biasa. Mereka telah membahas sejumlah bidang kerja sama termasuk perdagangan, teknologi, lingkungan dan pariwisata, serta membentuk dana penelitian dan pengembangan bersama. Negara-negara tersebut telah menjalin hubungan perdagangan yang sedang berkembang.

Namun, pernyataan itu tidak menyebutkan dua masalah kritis konflik Israel dengan Palestina dan program nuklir Iran. Padahal perjalanan Bennett ke federasi Teluk Arab dengan latar belakang pembicaraan nuklir antara kekuatan dunia dan Iran.

Israel dan UEA tahun lalu menandatangani kesepakatan untuk menormalkan hubungan yang ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump lewat Abraham Accords. Kedua negara telah lama berbagi keprihatinan tentang program nuklir Iran.

Iran mengatakan program nuklirnya dimaksudkan untuk tujuan damai. Sementara Israel mengatakan tidak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Tel Aviv telah terang-terangan mengkritik pembicaraan nuklir global dengan Teheran.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement