Rabu 15 Dec 2021 19:33 WIB

Menlu Jerman Annalena Baerbock Desak Perlucutan Senjata Nuklir

Menteri Luar Negeri Jerman menyerukan perlucutan senjata nuklir.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Michael Kappeler/dpa/picture alliance
Michael Kappeler/dpa/picture alliance

Jerman dan Swedia bersama-sama tengah menemukan cara agar negara-negara kekuatan nuklir bergerak menuju komitmen perlucutan senjata nuklir mereka. Menteri Luar Negeri Jerman dan Swedia bertemu di Stockholm, Swedia, pada hari Selasa (14/12) untuk merencanakan rencana ke depan menjelang tinjauan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) bulan depan.

Menlu Jerman Annalena Baerbock telah melakukan pembicaraan bersama Menlu Swedia Ann Linde dan bertemu dengan Inisiatif Stockholm, sekelompok 16 negara yang berusaha menyingkirkan senjata nuklir.

"Tujuan bersama kita jelas: dunia yang bebas dari senjata atom," kata Baerbock dalam konferensi pers bersama Linde.

"Pesan kami untuk konferensi peninjauan akan jelas: negara-negara senjata nuklir harus mendorong maju dengan perlucutan senjata nuklir," bunyi sebuah pernyataan dari inisiatif tersebut, yang menyerukan diakhirinya senjata nuklir.

Tegaskan kembali komitmen Jerman

Baerbock mengatakan bahwa gerakan anti-persenjataan nuklir "sangat membutuhkan momentum baru" dan bahwa Eropa akan memainkan peran kunci dalam membangun "dunia yang aman."

Baerbock pun menegaskan bahwa pemerintahan baru dari Partai Hijau, Sosial Demokrat (SPD), dan Demokrat Bebas (FDP), akan berusaha untuk bergabung dengan Perjanjian Larangan Senjata Nuklir (AVV) sebagai negara pemantau.

Menlu mengatakan bahwa penting untuk menggunakan pertemuan itu tidak hanya untuk berbicara, tetapi untuk menghasilkan perubahan nyata.

"Kami tidak dapat mengadakan konferensi peninjauan lagi tanpa hasil yang nyata," katanya.

Untuk itu, dia mengapresiasi para pemimpin dan aktivis yang membuat rencana untuk membuat dunia lebih aman dari senjata nuklir selangkah demi selangkah. Menurutnya, tujuan dari pertemuan itu sekarang adalah untuk memastikan bahwa rencana itu diambil.

Pernyataan Baerbock muncul mengingat AS telah menarik diri dari beberapa perjanjian perlucutan senjata utama dalam beberapa tahun terakhir, termasuk membiarkan perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) berakhir pada tahun 2019. Pada saat itu, mantan Presiden Donald Trump menuduh Moskow tidak mematuhi aturan perjanjian itu.

Sekarang hanya ada satu perjanjian nonproliferasi AS-Rusia yang tersisa, yakni New START Strategic Disarmament Treaty. Perjanjian ini masih memungkinkan persenjataan nuklir kedua negara untuk masing-masing memiliki 800 sistem pengiriman dan 1.550 hulu ledak nuklir yang dapat digunakan.

Jerman peringatkan Rusia soal Ukraina

Di hari yang sama, Baerbock juga telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mengatakan kepadanya bahwa "integritas teritorial Ukraina tidak boleh dilanggar."

Melalui Twitter, Kementerian Luar Negeri Jerman mengumumkan bahwa kedua menlu telah berbicara melalui sambungan telepon tentang krisis yang sedang berlangsung di perbatasan antara Rusia dan Ukraina.

Dalam beberapa pekan terakhir, kekhawatiran muncul karena Rusia dianggap sedang bersiap untuk menyerang Ukraina karena melakukan penumpukan pasukan besar-besaran di dekat perbatasan tetangganya tersebut. Namun, Moskow membantah anggapan itu.

Negara-negara Barat telah mengancam Rusia dengan "sanksi terkuat yang pernah ada," seperti yang dikatakan Presiden AS Joe Biden, jika negara itu menyerang Ukraina.

Baerbock mencari "pertukaran yang jujur ​​dan terbuka" dengan Lavrov, tulis Kementerian Luar Negeri di Twitter, dan mendesak Rusia untuk kembali ke gencatan senjata antara pasukan Ukraina dan pemberontak yang didukung Rusia.

Sementara, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam kesempatan tersebut Lavrov mengucapkan selamat kepada Baerbock atas pengangkatannya sebagai menlu, dan menekankan bahwa "Rusia dan Jerman harus bekerja sama untuk kepentingan keamanan dan stabilitas di Eropa dan di dunia.

Lavrov juga menekankan lagi permintaan Rusia agar NATO mengeluarkan jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota.

Panggilan telepon itu dilakukan pada hari yang sama ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media Italia bahwa Jerman "menghalangi pengiriman sistem senjata" yang diperoleh dengan bekerja sama dengan NATO.

Zelenskyy juga menuduh Jerman kurang mendukung dalam konflik negaranya dengan Rusia.

rap/ha (AFP, dpa)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement