REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi yang begitu cepat, membuat masa depan diperkirakan akan diganti dengan mesin. Bahkan, menurut prediksi World Economic Forum (WEF), pada tahun 2025, sejumlah pekerjaan akan dikerjakan secara berdampingan dengan mesin. Hal ini membuat Future of Jobs Survei 2020 merintis profesi pekerjaan yang paling bersinar di tahun 2025, salah satunya adalah data scientist.
Program Studi (prodi) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses melaksanakan webinar bertajuk ‘Data Science Without Code’ yang digelar lewat zoom, pada Selasa (14/12) silam. Acara ini menghadirkan Founder Yayasan Komunitas Open Source, Arief Rama Syarif.
Rachmat Adi Purnama, selaku Kaprodi Ilmu Komputer Universitas BSI dalam sambutannya mengatakan bahwa, data scientist merupakan salah satu dari profil lulusan yang ada di Prodi Ilmu Komputer Universitas BSI.
“Data Scientist adalah orang yang mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data, sehingga dapat berguna dalam mengambil sebuah keputusan dalam perusahaan atau organisasi. Mungkin, bagi sebagian orang, masih banyak yang beranggapan bahwa Data Scientist hanya khusus untuk orang yang memiliki dasar keilmuan yang berkaitan dengan science, atau ilmu pengetahuan alam. Namun, sebenarnya tidak sebatas itu saja, banyak sekali bidang keahlian non-teknis yang bisa masuk dan menjadi seorang Data Scientist,” ujar Rachmat dalam rilis yang diterima, Jumat (17/12).
Menurutnya, profesi data scientist sangat popular akhir-akhir ini, dikarenakan banyaknya penggunaan dari big data, machine learning dan IoT (Internet of Things). Bukan hanya itu, gaji yang didapatkan seorang data scientist pun cukup menjanjikan, dimana untuk seorang junior Data Scientist mendapatkan gaji sekitar 5 sampai 7 juta rupiah dan seorang senior data scientist mendapatkan gaji sekitar 10 - 20 juta rupiah.
“Melihat peluang yang sangat besar tersebut, Universitas BSI mengadakan webinar ini. Tujuannya agar dapat menjadi suplemen bagi mahasiswa, khususnya prodi ilmu komputer Universitas BSI untuk meningkatkan potensi diri, sebagai seorang data scientist kelak. Seminar online ini juga bertujuan untuk membuka wacana baru bagi mahasiswa terhadap dunia data science, bahwa untuk menjadi seorang data scientist tidak perlu harus jago ngoding,” imbuhnya.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Arief menjelaskan bahwa, yang terpenting untuk menjadi seorang Data Scientist ialah harus bisa memahami dataset yang merupakan sebuah himpunan data berasal dari informasi masa-masa lampau dan dikelola menjadi sebuah informasi bermanfaat.
“Dalam pemahaman itu, seorang data scientist harus bisa memetakan dataset tersebut dengan tujuan untuk estimasi, prediksi, klasifikasi, klustering, atau asosiasi. selain harus dapat memahami dataset, tujuan, dan manfaatnya, seorang data scientist pun harus bisa memberikan inside atau saran kepada pelanggan,” jelas Arief.
Ia juga menambahkan bahwa banyak software yang data digunakan oleh seorang data scientist tanpa perlu memikirkan bagaimana cara melakukan koding. Contoh software yang bisa digunakan adalah KNIME (KNIME, Konstanz Information Miner) yang merupakan platform analisis, pelaporan, dan integrasi data yang termasuk perangkat lunak bebas dan sumber terbuka.
“KNIME menyatukan berbagai komponen dalam bidang pembelajaran mesin dan penggalian data dengan konsep alur data yang modular. Dengan penggunaan software KNIME ini, kita tidak perlu melakukan codingan. Hanya perlu drag and drop node-node yang kita perlukan untuk mengolah sebuah dataset,” tuturnya.