REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Robohnya tembok dua ruangan di Puskesmas Mekarmukti, Kecamatan Mekarmukti, Kabupaten Garut, pada Jumat (17/12) sore, tak mengganggu pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menyebut pelayanan kesehatan tetap berjalan seperti biasa.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita Sobariah, mengatakan, terdapat dua ruangan yang temboknya roboh karena tertimpa tembok penahan tebing (TPT) ambruk, yaitu ruangan tindakan dan ruangan observasi. Tak hanya tembok, pintu dan jendela di dua ruangan itu juga mengalami kerusakan.
"Kemudian longsoran juga masuk ke bagian dalam, meninpa sejumlah alat. Otomatis bangunan belakang itu tidak bisa diganakan untuk pelayanan," kata dia, saat dikonfirmasi Republika, Senin (20/12).
Ia mengaku sudah menginstruksikan Kepala Puskesmas Mekarmukti untuk memgamankan aset, agar dipindahkan ke ruangan aman. Sementara bagian depan puskesmas itu tetap masih dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan.
"Jadi aset dan pelayanan dipindahkan ke bagian depan. Layanan masih berjalan sementara," kata dia.
Rita mengatakan, pihaknya juga masih melakukan pendataan terkait total kerugian akibat kejadian itu. Saat ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut bersama tim dari Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Garut, telah turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan.
Berdasarkan laporan Sekretaris Camat Mekarmukti, Ma'mun Gunawan, kejadian robohnya tembok puskesmas itu merupakan dampak dari ambruknya TPT yang berada di samping bangunan itu. Hujan deras yang terjadi di wilayah itu membuat TPT ambruk dan menimpa bangunan puskesmas. "Itu terlalu dekat dengan tebing Pasar Mekarmukti. Jadi di belakang puskesmas itu ada pasar, yang posisi tanahnya lebih tinggi dari puskesmas," kata dia, Jumat.
Ketika TPT pasar ambruk, materialnya menimpa tembok puskesmas. Akibatnya, tembok puskesmas jebol tertimpa material TPT yang ambruk.
Ma'mun menambahkan, ketika diperiksa, bagian dalam tembok puskesmas itu disangga dengan bambu, alih-alih menggunakan besi. "Ternyata di dalam tembok itu banyak bambu. Jadi yang harusnya besi pengikatnya, pakai bambu," kata dia.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengaku baru mengetahui kejadian itu pada Sabtu (18/12) siang. Ia mengatakan akan meminta inspektorat untuk memeriksa kejadian itu, termasuk temuan rangka bangunan puskesmas yang menggunakan bambu."Kami akan minta inspektorat periksa," kata dia, Sabtu.
Sebagai pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita juga mengaku terkejut dengan temuan bambu yang dijadikan sebagai rangka bangunan puskesmas. Namun, ia belum bisa menentukan penggunaan bambu sebagai rangka bangunan puskesmas itu menyalahi aturan atau tidak.
Menurut dia, dinasnya harus telebih dahulu membandingkan kondisi puskesmas dengan dokumen yang ada pada pembangunannya dulu. "(Puskesmas) Itu dibangun pada 2013," kata dia.
Rita mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan dan pengecekan dokumen dan fisik bangunannya. Ia menyebutkan, berdasarkan pengecekan di lapangan pada Ahad (19/12), tidak semua rangka bangunan dari puskesmas itu menggunakan bambu. Rangka utama bangunan puskesmas itu disebut menggunakan besi. "Tapi ini masih dalam proses pengecekan. Setelah itu, baru akan ditentukan langkah selanjutnya," kata dia.
Inspektur Daerah Kabupaten Garut, Zat Zat Munajat, mengatakan, pihaknya akan melakukan penelusuran terkait temuan bambu yang dijadikan rangka bangunan fasilitas kesehatan itu. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait pembangunannya pada 2013.