REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga kini, para ahli dan peneliti sepakat bahwa gejala dari varian Covid 19 terbaru, Omicron, ini sama seperti varian lain. Dampak yang dialami tiap pasien Omicron berlainan, tetapi lazimnya serupa dengan gejala varian virus corona yang lebih dulu muncul, termasuk yang paling awal dari temuan di Cina.
“Karakteristik gejala Covid 19 Omicron mirip gejala infeksi virus influenza. Kemunculan gejala dipengaruhi kondisi kesehatan pasien secara umum, juga level kekebalan tubuh dan kemampuannya untuk melawan virus," ujar Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, dr Muhammad Irhamsyah, SpPK, MKes, dalam siaran pers yang diterima republika.co.id, Rabu (22/12).
Berdasarkan temuan terbatas pada sejumlah pasien Omicron, gejala yang umum terjadi, termasuk kelelahan, kehabisan tenaga, nyeri otot di sekujur tubuh, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Gejala lain yang kurang umum meliputi sesak napas serta kehilangan kemampuan mengecap.
Gejala yang dirasakan pasien bergantung pada status vaksinasi, usia, komorbiditas, dan riwayat infeksi penyakit sebelumnya. Berdasarkan riset, gejala pada orang yang belum divaksin lebih berat ketimbang yang sudah divaksin dalam dosis lengkap.
"Jangan tunggu gejala jadi berat, segera cari bantuan medis bila merasakan demam tinggi diikuti batuk dan sesak napas. Kenakan masker dengan baik dan benar untuk mencegah penyebaran virus di fasilitas kesehatan," sarannya.
Deteksi varian omicron
Irhamsyah mengatakan, varian Omicron punya perbedaan signifikan dengan varian Covid 19 lain. Untuk mendeteksi varian Omicron, peneliti menggunakan metode whole genome sequencing atau pengurutan genom. Sampel diperoleh dari tes reaksi berantai polimerase (PCR).
"Pendeteksian ini serupa dengan cara mendeteksi varian Delta dan lainnya," katanya.
Namun saat ini, beberapa negara telah mengembangkan metode khusus untuk mendeteksi varian Omicron. Mengingat ada dugaan Omicron lebih menular daripada Delta, para peneliti berpacu dengan waktu untuk mendeteksi varian ini secepat mungkin dengan metode tersebut.
Pengobatan
Hingga kini belum ada obat Covid 19 yang tersedia. Langkah utama untuk sembuh dari Covid 19 adalah menjalani isolasi dan melapor ke fasilitas layanan kesehatan setempat. Penanganan terhadap pasien tergantung tingkat keparahan gejala. Pemerintah menyediakan tempat isolasi bagi pasien tanpa gejala atau bergejala ringan.
"Jika bergejala berat, pasien mesti mendatangi rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih baik,” ujarnya.
Ikuti rekomendasi medis dari dokter yang menangani, terutama soal konsumsi obat-obatan. Konsumsi obat yang diresepkan dokter sesuai dengan dosis. WHO tidak merekomendasikan perawatan mandiri dengan obat apa pun, termasuk antibiotik, sebagai pengobatan.
Pencegahan
Terapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk mencegah penyebaran Covid 19. Jaga jarak aman minimal 1 meter dari orang lain. Juga kenakan masker ketika berada di tempat umum, khususnya di dalam ruangan atau sulit menerapkan jaga jarak. Kemudian, jangan lupa cuci tangan dengan sabun secara rutin. Bila tak ada sabun, bisa pakai cairan pembersih berbahan alkohol.
Vaksin juga telah terbukti bisa menekan risiko terinfeksi, termasuk dari varian Covid 19 yang baru. Ikuti program vaksinasi yang tersedia hingga dosis lengkap.
"Bila sudah ada program vaksin booster, ikuti pula agar sistem imun tubuh yang telah terbentuk dari vaksin pertama dan kedua lebih kuat," saran Irhamsyah.