Kamis 23 Dec 2021 06:32 WIB

Pandangan Islam Soal Mengasihi Anak Hasil Perzinaan

Anak hasil perzinaan tidak menanggung dosa orang tuanya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Pandangan Islam Soal Mengasihi Anak Hasil Perzinahan
Foto: Pexels
Pandangan Islam Soal Mengasihi Anak Hasil Perzinahan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian anak mungkin terlahir dari hasil perzinaan orang tuanya. Dan bagaimana Islam memandang hal terkait mengasihi anak tersebut?

"Ada satu hal yang terkadang luput dari perhatian banyak orang, yaitu kasih sayang Islam terhadap anak hasil perzinaan," kata Pengasuh Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember Ustadz Abdullah Zaen dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id.

Baca Juga

Ustadz menjelaskan, alkisah di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada seorang wanita dari suku Ghamidiyah yang berzina hingga hamil. Ia datang melaporkan perbuatan buruknya itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memohon untuk disucikan. 

Beliau bersabda, “Pulanglah hingga engkau melahirkan”. Setelah melahirkan, ia datang lagi sambil menggendong bayinya seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah kulahirkan”. Akan tetapi beliau bersabda, “Pulanglah. Susui ia hingga kamu menyapihnya”.

Beberapa tahun kemudian wanita itu datang dengan membawa bayinya yang sedang memegang sepotong roti di tangan. Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah kusapih dan kini ia sudah bisa makan sendiri”. Nabi pun memerintahkan agar bayi itu dirawat oleh orang lain, lalu wanita tersebut dirajam. (HR. Muslim).

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement