Kamis 23 Dec 2021 21:05 WIB

KS dan Tata Metal Kolaborasi Usung Industri Baja Berkelanjutan

Baja merupakan salah satu produk recycle sehingga tidak merusak lingkungan

Eco-green di sektor industri baja melalui pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance).
Foto: Istimewa
Eco-green di sektor industri baja melalui pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melestarikan lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang, harus mulai diterapkan di industri baja. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengusung konsep Eco-green di sektor industri tersebut melalui pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance).

Eco-green akan menjadi salah satu tata kelola yang sangat kritikal di masa depan. Jadi memang eco-green itu bukan untuk bisnis, tapi untuk persiapan kita kepada generasi selanjutnya. Ketika kita menurunkan bumi ke mereka. Itu yang memang harus kita ingat,” ujar Direktur Komersial PT Krakatau Steel, Melati Sarnita usai Penandatanganan Komitmen ESG (Environmental, Social, Governance) untuk Industri yang berkelanjutan antara PT Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group). 

Melati mengatakan baja merupakan salah satu produk recycle sehingga tidak merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Untuk itu, Krakatau Steel bersama PT Tata Metal Lestari sebagai salah satu produsen Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) di Tanah Air berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola yang berkelanjutan di industri baja. 

Ia mengapresiasi Tata Metal Lestari yang telah menerapkan industri 4.0 sehingga upaya menuju industri yang keberlanjutan bisa segera terwujud. Menurutnya, industri baja memberikan multiplier yang besar untuk lingkungan dan masyarakat. Karena itu di negara-negara maju, industri baja sangat dilindungi. Bahkan industri ini dianggap sebagai industri pertahanan sebuah negara.

"Kita tidak bicara senjatanya, tapi dari segi pertahanan kehidupan dari lingkungan serta masyarakat di negara tersebut. Jika kita lihat, negara-negara besar seperti Amerika, India, atau Cina memiliki kebijakan-kebijakan industri baja yang sangat kuat untuk melindungi industri domestiknya," ujarnya. 

"Harapan kami sebagai BUMN, industri baja kita bisa membantu para pelaku usaha industri baja supaya perkuatan kebijakan itu juga bisa kita lakukan,” katanya menambahkan.

Vice President PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi, menyatakan kondisi bumi saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pemanasan global terus terjadi setiap tahun. Karena itulah, Tata Metal Lestari dan Tatalogam Group berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan. 

Berbagai upaya dilakukan guna mencapai target zero emission. Salah satunya dengan menerapkan industri 4.0, serta menggandeng pihak lain sehingga industri baja di tanah air menjadi industri yang lebih ramah lingkungan. "Jadi kami bersama PT Krakatau Steel berkolaborasi menuju industri berkelanjutan, yang hijau, dengan pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance)," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Menurut Stephanus, produksi baja lokal sudah berkecukupan. Tidak perlu impor lagi. Namun, pelaku industri juga memastikan bahwa negeri ini masih hijau buminya dan masih biru langitnya seperti logo Krakatau Steel dan Tata Metal Lestari. 

"Kami bersama akan berupaya menginspirasi dengan mengedepankan industri yang ramah lingkungan dan memberikan kontribusi, bukan hanya untuk alam tetapi untuk manusia, bisnis, dan mengedepankan kebijakan yang berkesinambungan,” ujar dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement