Sabtu 25 Dec 2021 12:02 WIB

Kematian Omicron Pertama AS Terjadi pada Kasus Reinfeksi

Varian Omicron mencapai 73 persen dari total kasus Covid-19 baru di AS.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Prevalensi varian Omicron mencapai 73 persen dari total kasus Covid-19 baru di AS.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Prevalensi varian Omicron mencapai 73 persen dari total kasus Covid-19 baru di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian pertama akibat varian Omicron telah terkonfirmasi di AS. Kematian ini terjadi pada kasus reinfeksi.

Kematian ini dialami oleh pasien berusia sekitar 50-an tahun di Texas. Pasien laki-laki tersebut tidak vaksinasi dan sebelumnya pernah terinfeksi Covid-19. Pasien tersebut lalu mengalami reinfeksi yang terkonfirmasi akibat varian Omicron.

Baca Juga

Petugas kesehatan mengungkapkan bahwa pasien tersebut memiliki dua faktor yang membuatnya lebih berisiko terhadap komplikasi berat. Kedua faktor tersebut adalah memiliki komorbid dan tidak vaksinasi.

"Ini menjadi sebuah pengingat mengenai keparahan Covid-19 dan varian-variannya, kami mengimbau semua warga yang layak untuk vaksinasi dan mendapatkan booster bila belum," kata Direktur Eksekutif Harris County Public Health Barbie Robinson, seperti dilansir WebMD.

Kasus kematian pertama akibat varian Omicron ini diumumkan tak lama setelah CDC mengmumkan bahwa varian Omicron telah menjadi varian dominan di Amerika Serikat. Saat ini, prevalensi varian Omicron mencapai 73 persen dari total kasus Covid-19 baru di Amerika Serikat.

Di beberapa area, prevalensi varian Omicron bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasionalnya. Area seperti Timur Laut, Barat Laut, Selatan dan Tenggara misalnya, memiliki prevalensi varian Omicron lebih dari 90 persen.

Varian Omicron saat ini telah memicu peningkatan kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Peningkatan ini bahkan lebih tinggi dibandingkan puncak gelombang kasus akibat varian Delta.

Berdasarkan kondisi ini, masyarakat diimbau untuk segera mendapatkan vaksinasi dan booster. Masyarakat diminta untuk tidak mengandalkan imunitas alami saja dari riwayat infeksi Covid-19 sebelumnya.

"Kita mungkin seperti sedang melihat badai kategori 5 atau badai tropis, kita harus bersiap mengenai kemungkinan itu," jelas profesor dari North Carolina State University Julie Swann.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement