REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Plt Kepala Pusat Kurikulum dan pembelajaran Zulfikri Anas menyampaikan ada empat opsi yang ditawarkan pemerintah dalam rangka pemulihan pembelajaran. Keempat opsi tersebut secara resmi akan diluncurkan oleh pemerintah pada awal tahun 2022.
“Keempat opsi tersebut adalah: pertama, satuan pendidikan boleh menggunakan kurikulum 2013 secara utuh, kedua, satuan pendidikan boleh menggunakan kurikulum 2013 yang disederhanakan yang digunakan sebagai kurikulum di masa darurat; ketiga, satuan pendidikan boleh menggunakan kurikulum prototipe yang saat ini diimplementasikan secara terbatas di sekolah penggerak dan SMK Pusat Keunggulan; keempat, satuan pendidikan dapat menyederhanakan secara mandiri mengacu ke salah satu kurikulum di atas,” kata Zulfikri Anas dalam acara Pra-Sosialisasi Kebijakan Kemendikbudristek dalam rangka Pemulihan Pembelajaran yang diadakan oleh Yayasan Perguruan Al Iman di Sekolah Islam Al Iman Citayam, Bojonggede, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/12).
Kegiatan ini sekaligus dalam rangka silaturahim antara pengurus Yayasan dengan para guru sebagai bagian dari kegiatan refleksi akhir tahun. Acara sosialisasi itu juga dihadiri oleh Ketua Yayasan Perguruan Al Iman Afrizal Sinaro.
Zulfikri menambahkan, untuk menjamin keadilan bagi peserta didik yang belajar melalui kurikulum yang berbeda-beda, pemerintah telah menyiapkan program pembinaan kepada sekolah-sekolah terlepas dari kurikulum mana yang mereka pilih. “Kurikulum prototipe memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menjelaskan, pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, takwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas). Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
“Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal,” paparnya.
Wakil Ketua Yayasan Perguruan Islam Al Iman, Khairunas menyambut baik rencana pemerintah memberikan 4 opsi dalam rangka pemulihan pendidikan. Ia mengemukan, ketidakberdayaan guru selama ini diakui lebih disebabkan tuntutan administrasi pembelajaran dan padatnya materi kurikulum. Semua itu bermuara kepada pembelajaran yang monoton, dan kurang memberikan ruang kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka. Sementara itu, guru dituntut untuk menuntaskan semua materi kurikulum. Akibatnya anak-anak harus belajar materi yang sama dengan cara yang sama, dan evaluasi yang sama.
“Hal ini sangat berpotensi terjadinya penurunan kualitas belajar secara jangka panjang. Kondisi ini semakin dirasakan ketika masa pandemi Covid-19. Proses belajar hanya seperti memindahkan ceramah yang tadinya secara langsung melalui tatap muka, sekarang dilakukan melalui dunia maya. Oleh karena itu, Yayasan Perguruan Islam Al Iman sangat mengapresiasi langkah pemerintah meyederhanakan kurikulum,” ungkapnya.
Khairunas menambahkan bahwa sangatlah keliru bila ada yang memandang proses belajar seperti mengisi bejana kosong, anak duduk dengan tenang dan diam mendengar ceramah guru lalu mereka melakukan tugas-tugas yang diperintahkan. “Anak-anak bukanlah bejana kosong, karena mereka sesungguhnya tidak pernah kosong,” tegasnya.
Ia menambahkan, sebagai manusia, mereka ditakdirkan sebagai khalifah di muka bumi. Untuk itu di dalam diri mereka telah dibekali potensi-potensi dan kekuatan untuk mengubah corak kehidupan mereka ke arah yang lebih baik, dari waktu ke waktu.
Peran dunia pendidikan, kata dia, lebih kepada pendampingan dan mendidik mereka untuk melewati perjalanan dari dalam hati untuk melihat dunia dan menjadikan dirinya sebagai seseorang dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Untuk itu, guru harus memiliki waktu yang cukup untuk melakukan pendampingan kepada setiap anak agar mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, potensi, minat dan bakat mereka masing-masing.
“Al Iman, siap menindaklanjuti kebijakan pemerintah yang memberikan empat opsi kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran,” ujarnya.
Khairunas menegaskan bahwa, penyederhanaan bukan berarti mengurangi makna. Justeru sebaliknya, penyederhanaan adalah langkah untuk mengefektifkan pembelajaran sehingga fokus pada hal-hal esensial dan benar-benar dibutuhkan oleh setiap siswa.
“Al iman siap untuk ambil bagian dalam menyukseskan kebijakan ini, dengan harapan Al Iman fokus kepada penguatan kompetensi peserta didik sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, membangun peradaban dan akhlak mulia,” kata Khairunas.