REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pihak berwenang Sudan mengatakan, setidaknya 38 orang tewas karena runtuhnya tambang emas tua pada Selasa (28/12) waktu setempat. Tambang yang sudah lama tidak berfungsi itu terletak di desa Fuja 700 kilometer selatan ibu kota Khartoum, Provinsi Kordovan Barat, Sudan.
Perusahaan pertambangan milik negara mengatakan, 38 orang tewas dan beberapa orang mengalami luka dan sudah dibawa ke rumah sakit setempat. Media lokal melaporkan bahwa beberapa lubang runtuh di tambang yang dikenal Darsaya itu.
Perusahaan pertambangan mengunggah foto di Facebook yang menunjukkan penduduk desa berkumpul di lokasi saat setidaknya dua kapal keruk bekerja untuk menemukan kemungkinan korban. Foto lain memperlihatkan orang-orang mempersiapkan kuburan tradisional untuk menguburkan korban meninggal.
Perusahaan mengatakan tambang itu memang tidak berfungsi, namun penambang lokal kembali bekerja setelah pasukan keamanan yang menjaga lokasi meninggalkan daerah itu. Tidak disebutkan kapan tambang itu berhenti bekerja.
Perusahaan Terbatas Sumber Daya Mineral Sudan dalam pernyataannya menyerukan pasukan untuk menjaga situs tersebut untuk mencegah penambangan yang tidak diatur.
Pihaknya juga meminta masyarakat setempat untuk membantu melanjutkan kegiatan penambangannya di daerah tersebut, yang dihentikan pada 2019. Namun tidak dijelaskan lebih lanjut.
Sudan adalah produsen emas utama dengan banyak tambang yang tersebar di seluruh negeri. Pada 2020, negara Afrika Timur memproduksi 36,6 ton, terbesar kedua di benua itu. Pemerintah transisi telah mulai mengatur industri dalam dua tahun terakhir di tengah tuduhan penyelundupan emas. Keruntuhan sering terjadi di tambang emas Sudan, di mana standar keselamatan tidak berlaku secara luas.