Kamis 30 Dec 2021 19:39 WIB

Kebosanan Panjang Akibat Pandemi Bisa Diatasi dengan Emosi Positif

Emosi positif harus dipelihara dengan berekspresi.

Ada sejumlah cara untuk menjaga emosi positif dalam menghadapi situasi 'epidemic fatigue' atau kebosanan terhadap dampak panjang pandemi COVID-19.
Foto: www.freepik.com.
Ada sejumlah cara untuk menjaga emosi positif dalam menghadapi situasi 'epidemic fatigue' atau kebosanan terhadap dampak panjang pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Tika Bisono mengemukakan ada sejumlah cara untuk menjaga emosi positif dalam menghadapi situasi 'epidemic fatigue' atau kebosanan terhadap dampak panjang pandemi COVID-19. "Emosi positif ini harus selalu dipelihara, pertama memelihara sikap gembira secara ekspresi, jangan hanya dalam hati," kata Tika Bisono saat hadir secara virtual di acara FGD LKBN Antara bertajuk "Mengelola Kesehatan Mental Saat Pandemi" yang diikuti dari Instagram @Antaranews di Jakarta, Kamis (30/12).

Berikutnya, kata Tika, adalah selalu menunjukkan sikap bersyukur kepada Tuhan YME atas segala pemberian yang didapat. "Jangan di dalam hati juga ucapnya. Harus ditunjukkan," katanya.

Baca Juga

Tika juga mengajak masyarakat untuk bersikap mencintai yang ditunjukkan secara perilaku dan perbuatan. Misalnya, kepada pasangan maupun keluarga di rumah. 

"Baik yang berusia di bawah 50 tahun maupun yang di atas 50 tahun, katakanlah kalau kamu mencintainya," katanya.

Selanjutnya, adalah sikap terpesona yang harus selalu ditunjukkan secara fisik terhadap segala hal yang membuat dirinya merasa bahagia maupun senang. "Jangan ditahan juga dalam hati. Katakan dan ekspresikan," katanya.

Tika mengatakan, sikap bangga terhadap pencapaian diri dalam berbagai aktivitas maupun pekerjaan juga dapat menyehatkan mental. 

"Kita bisa merasakan bangga, terutama saat kita letih selama bekerja. Perlu apresiasi pada diri sendiri," katanya.

Psikolog yang hobi menyanyi itu mengatakan sikap berpuas diri dan merasa lega pada setiap pencapaian hidup juga diperlukan dalam menyehatkan mental. "Jadi rasa puas dan rasa lega itu ternyata berbeda. Itu baik untuk membentuk emosi positif," katanya.

Menurut Tika, selanjutnya adalah sikap tenang yang dapat dilakukan dengan cara masing-masing. Terakhir adalah terinspirasi. 

"Kita bisa menginspirasi dan terinspirasi," ujarnya.

Tika menambahkan bila seluruh perilaku itu dapat diterapkan secara optimal dalam kehidupan, khususnya pada masa pandemi COVID-19, Tika optimistis emosi positif berkorelasi dengan kesehatan mental seseorang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement