Selasa 28 Dec 2021 14:25 WIB

Dua Tahun Pandemi, 4 Pertanyaan Soal Covid-19 Ini Belum Juga Terpecahkan

Para ilmuwan masih berjuang menjawab pertanyaan besar soal Covid-19.

Para ilmuwan masih berjuang menjawab pertanyaan besar soal Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: Pixabay
Para ilmuwan masih berjuang menjawab pertanyaan besar soal Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Gumanti Awaliyah

Baca Juga

Pada Desember 2019, sekelompok pasien di Wuhan, China, mulai mengeluhkan gejala pneumonia yang kemudian diidentifikasi sebagai Covid-19. Virus itu dengan cepat menyebar ke berbagai negara dan telah menginfeksi 227 juta jiwa serta mengakibatkan lebih dari 5 juta kematian.

Sejak itu, para ahli mulai berkutat mengatasi lonjakan kasus dengan menciptakan vaksin. Namun, setelah dua tahun pandemi Covid-19, para ilmuwan masih berjuang untuk menjawab beberapa pertanyaan besar. Apa saja? Berikut seperti dilansir dari CNET, Selasa (28/12).

 

1. Mengapa Covid membuat beberapa orang sakit lebih parah, termasuk long covid?

Kita tahu Covid-19 menyebabkan banyak gejala mulai dari sakit kepala, demam, disorientasi, mual dan muntah, bahkan kehilangan fungsi indera perasa dan penciuman. Hingga kini para ilmuwan masih belum menemukan jawaban tentang mengapa beberapa orang mengalami penyakit serius dan yang lain tidak. Usia jelas merupakan korelasi terbesar untuk penyakit parah. 

"Tetapi ada orang berusia 29 tahun bahkan anak-anak yang meninggal karena covid, bahkan ketika semua indikasi menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki perjalanan penyakit yang ringan,” kata Gigi Gronvall dari Johns Hopkins Center for Health Security.

Begitupun halnya dengan long covid. WHO telah mengeluarkan definisi long covid yang mencakup berbagai gejala termasuk kelelahan, kesulitan bernapas, sulit tidur, sulit fokus, cemas dan depresi. Meski begitu, penyebab kondisi tersebut belum diketahui secara jelas.

 

2. Berapa lama kekebalan dari vaksin bertahan dengan varian seperti omicron?

Vaksin Covid-19 pertama mulai digunakan setahun yang lalu di AS, dan dua yang paling efektif di AS yaitu Moderna dan Pfizer/BioNTech. Meski demikian, seiring munculnya berbagai varian baru, para ilmuwan terus mengumpulkan informasi tentang seberapa efektif vaksin yang sudah ada dan berapa lama sampai efektivitasnya mulai menurun.

"Kami pasti masih mencari tahu itu. Kami melihat bahwa perlindungan dari vaksin berkurang lebih awal dari enam bulan, itulah sebabnya booster direkomendasikan pada enam bulan,” kata Gronvall.

Menurut WHO, vaksin Pfizer dan Moderna jauh kurang efektif dalam mencegah infeksi oleh strain omicron daripada varian Covid-19 sebelumnya. Vaksin lain termasuk dari Johnson & Johnson, AstraZeneca, dan yang diproduksi di Rusia dan China bahkan kekebalannya jauh lebih menurun menghadapi varian omicron.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement