REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR—Presiden Dewan Permusyawaratan Organisasi Islam Malaysia (Mapim) Mohd Azmi Abdul Hamid menegaskan bahwa kampanye untuk mendukung perjuangan dan kemerdekaan rakyat Palestina harus terus hidup dan digelorakan setiap saat unyuk menekan Israel dan melindungi nasib rakyat Palestina.
“Kami tidak ingin masalah ini muncul dan hilang. Ketika kami mendengar bahwa Masjid Al-Aqsa diserang, kami bereaksi dengan marah. Jadi kami harus menjaga kampanye ini tetap hidup setiap saat,” katanya yang dikutip di Bernama, Jumat (7/1).
Mapim, kata dia, telah menggelar pertemuan untuk Perencanaan Kampanye Palestina Regional 2022 yang dihadiri oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari beberapa negara seperti Filipina, Indonesia, Palestina, Pakistan, Thailand, dan Somalia. Menurut Mohd Azmi, dalam pertemuan tersebut mereka memilih 24 tanggal sepanjang tahun untuk kampanye di Palestina, di antaranya adalah tanggal tragedi pembantaian di kamp Sabra dan Shatila, hari Nakbah dan hari Al Quds.
Ia mengatakan ada sekitar 100 LSM di kawasan Asia Tenggara, termasuk 20 dari Malaysia yang sepakat untuk terlibat dalam kampanye pada tanggal-tanggal tersebut agar isu penindasan terhadap rakyat Palestina selalu menjadi perhatian dunia.
“Kami juga membahas strategi media dan mobilisasi publik, strategi lobi dengan pemerintah dan di tingkat internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), serta jaringan internasional,” katanya.
Mohd Azmi mengatakan lokakarya tersebut juga membahas tindakan beberapa negara Arab yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel (normalisasi) yang dipandang melemahkan gerakan perlawanan terhadap Israel. “Akan ada kompromi atas kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina, sementara umat Islam akan terpecah karena beberapa mungkin dan beberapa mungkin tidak mendukung,” tambahnya bahwa negara-negara terkait didesak untuk meninjau tindakan tersebut.
Sementara itu, Kepala Pendidikan Islam Masjid Al-Aqsha Syekh Dr Najih Bkeirat dalam keynote speech-nya dari Baitulmaqdis melalui platform virtual, menekankan bahwa Al Quds tetap menjadi masalah bagi setiap Muslim dan tidak hanya terbatas pada orang Palestina. “Ini juga masalah hak asasi manusia. Oleh karena itu, kita perlu mengadopsi narasi ini dan harus disebarluaskan dalam semua bahasa di dunia,” ujarnya.
“Kita harus memberi tahu dunia bahwa sekarang saatnya untuk membebaskan Al Quds, dan bahwa rakyatnya harus diperlakukan secara adil terhadap semua ketidakadilan ini,” katanya menambahkan.
Sumber:
https://www.bernama.com/en/world/news.php?id=2040929