REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kasus baru Covid-19 sudah melonjak di seluruh Eropa dalam beberapa hari terakhir yang memaksa beberapa negara Eropa untuk kembali memberlakukan pembatasan. Kebangkitan pandemi, yang sebagian besar diakibatkan varian Omicron dan WHO telah menetapkannya sebagai varian yang diwaspadai, telah meningkatkan kekhawatiran akan pemulihan ekonomi di Eropa.
Inggris telah menyaksikan kenaikan dramatis infeksi akibat Omicron dengan kasus harian meroket hingga 19,4 juta pada Rabu (5/1/2022). Data itu merupakan tanda bahwa Omicron menyebar dengan cepat di Inggris meskipun, faktanya, 82,6 persen penduduknya berusia 12 tahun dan lebih sudah menerima dua dosis vaksin Covid-19.
Pusat untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Eropa sudah menyuarakan perhatian serius tentang varian Omicron. Dalam penilaian risiko terbarunya yang diterbitkan pada medio Desember, badan itu memperingatkan ada indikasi bahwa penularan lokal sedang terjadi di Eropa dan kenaikan cepat jumlah kasus Omicron diperkirakan terjadi dalam dua bulan mendatang. Beberapa bentuk perlindungan dan pembatasan sudah diberlakukan di sebagian besar negara-negara Eropa, menurut badan tersebut.
Di Belanda, lockdown telah diberlakukan. Restoran, bar, kebun binatang, taman, juga toko-toko nonesensial ditutup dan orang-orang sudah diminta untuk tinggal di rumah selama mungkin sampai 14 Januari 2022. Di Prancis, orang-orang diwajibkan untuk kerja dari rumah selama tiga hari dalam seminggu. Jerman memperketat pembatasan pada akhir 2021 dengan menutup kelab, bar, dan membatasi kontak.