REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat aktivitas anak lebih banyak dilakukan di rumah. Hal ini menjadikan waktu anak untuk berkegiatan di luar rumah terbatas sehingga tidak sedikit yang menyibukkan diri dengan bermain gim daring di rumah.
Durasi anak bermain gim daring pun menjadi meningkat. Tidak hanya karena pandemi, meningkatnya durasi anak bermain gim daring juga dikarenakan kemajuan teknologi dan akses yang mudah. Hal tersebut tentu memiliki dampak positif dan negatif.
Melihat hal ini, dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Irfan Budhi Handaka mengadakan pelatihan tentang membangun kesehatan mental anak melalui simulation games (permainan simulasi).
Pelatihan ini salah satunya digelar di Kelurahan Tegal Panggung, Danurejan, Kota Yogyakarta. Irfan menyebut pelatihan ini dilakukan dengan memberi pengetahuan terkait pentingnya membangun kesehatan mental anak, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan faktor yang mempengaruhi masalah mental dan mengenalkan teknik permainan simulasi sebagai media membangun kesehatan mental anak. Dengan begitu, diharapkan anak mampu memiliki pemahaman dalam membangun kesehatan mental melalui permainan simulasi.
"Hasil dari pelatihan ini anak mampu memiliki kemampuan membangun kesehatan mental yang terdiri atas pemahaman diri tentang kesehatan mental, faktor, dan teknik permainan sebagai alternatif mengembangkan kesehatan mental," kata Irfan seperti yang dikutip Republika dalam keterangan resmi UAD.
Ia juga melakukan penelitian terkait kesehatan mental yang dapat terjadi dari gim daring. Penelitian ini dinilai penting dalam rangka mendeteksi sejak dini terjadinya masalah mental pada anak.
Selain itu, penelitian dilakukan juga dalam rangka mencegah terjadinya keterlambatan penanganan kepada anak. Artinya, dengan deteksi dini, maka penanganan pada anak yang mengalami masalah mental akibat kecanduan gim daring juga dapat ditangani dengan cepat.
"Penelitian dilakukan dengan menganalisis hubungan durasi dan frekuensi bermain gim daring dengan gejala emosional. Kemudian masalah perilaku, hiperaktivitas, masalah hubungan antarsesama. dan perilaku prososial," ujarnya.