REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Korporat dan Kelembagaan Lazismu Pusat Edi Suryanto menyampaikan, sekolah yang akan didirikan di Beirut, Lebanon, diperuntukan pengungsi Palestina di Shatila. Pendirian sekolah tersebut dilakukan bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Lebanon.
"Pendirian sekolah ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas SDM di sana yang diharapkan ke depan akan mampu mengelola dan mengoptimalkan berbagai sumber untuk kemandirian bangsa Palestina," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (10/1/2022).
Selain itu, Edi melanjutkan, program ini juga merupakan kebijakan Muhammadiyah dalam rangka untuk internasionalisasi pendidikan. Lazismu juga telah bekerja sama dengan Majelis Dikti PP Muhammadiyah dan Baznas RI dalam proses penerimaan mahasiswa Palestina yang akan belajar di kampus-kampus Muhammadiyah.
Edi memaparkan, dana pendirian sekolah ini bersumber dari infak kemanusiaan Palestina bidang pendidikan. Dana untuk pembangunan sekolah pertama sekitar Rp 100 juta. Sedangkan, pendirian sekolah kedua saat ini juga telah disiapkan dananya.
"Dana sudah ada, selanjutnya segera dibangun," ujar dia.
Muhammadiyah saat ini sedang membangun Madrasah Muhammadiyah di kamp pengungsian Palestina di Shatila, Beirut. Melalui Lazismu, langkah ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun perdamaian di bumi ini.
"Di Shatila, Muhammadiyah sudah memiliki Madrasah Muhammadiyah I. Mengapa disebut sebagai Madrasah Muhammadiyah I? Karena Muhammadiyah sedang membeli sebuah gedung di Shatila juga, untuk nanti didirikan madrasah Muhammadiyah kedua," kata Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari.