Selasa 11 Jan 2022 12:30 WIB

Dua Tentara Ukraina Tewas Saat Ketegangan dengan Rusia Meningkat

Dua tentara Ukraina tewas akibat ledakan di wilayah timur negara itu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Seorang tentara Ukraina di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu, 8 Januari 2022. Dua tentara Ukraina tewas akibat ledakan di wilayah timur negara itu.
Foto: AP/Andriy Dubchak
Seorang tentara Ukraina di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu, 8 Januari 2022. Dua tentara Ukraina tewas akibat ledakan di wilayah timur negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Dua tentara Ukraina tewas pada Senin (10/1/2022) akibat ledakan di wilayah timur negara itu. Ledakan terjadi ketika pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengadakan pembicaraan di tengah kekhawatiran invasi Moskow terhadap Ukraina.

"Akibat ledakan, dua prajurit mengalami luka yang menyebabkan kehilangan nyawanya," kata pernyataan militer dilansir Al Arabiya, Selasa (11/1/2022).

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan di Facebook, tentara menuduh separatis menembaki mereka dengan peluncur granat, senapan mesin, dan senjata ringan. Pengerahan puluhan ribu tentara Rusia ke utara, timur, dan selatan Ukraina telah memicu kekhawatiran Moskow sedang merencanakan serangan. Rusia menyangkal tuduhan bahwa mereka merencanakan serangan.

Rusia mengatakan keamanannya terancam oleh hubungan Ukraina yang berkembang dengan aliansi Barat. Moskow juga menyatakan mereka dapat mengerahkan pasukan militer di wilayahnya sesuai keinginan.

Laporan perkiraan jumlah pasukan militer Rusia yang dikerahkan ke perbatasan dekat Ukraina cukup bervariasi, yaitu mulai dari 60 ribu hingga 90 ribu pasukan. Dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) menunjukkan jumlah pasukan militer Rusia di perbatasan Ukraina dapat ditingkatkan hingga 175 ribu.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkomitmen akan bertindak tegas jika Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina. Hal ini disampaikan Biden ketika melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 2 Januari lalu.

“Presiden Biden menjelaskan Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya akan merespons dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina ebih lanjut,” ujar juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.

Psaki menambahkan, Biden menggarisbawahi komitmennya pada prinsip dia tidak akan menegosiasikan kebijakan yang berdampak pada Eropa tanpa masukan sekutunya. Sebelumnya, Biden menyebut AS akan menjatuhkan sanksi yang dapat menjatuhkan ekonomi Rusia jika mereka bergerak di wilayah Ukraina.

Kremlin telah menuntut agar ekspansi NATO tidak melibatkan Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya. Rusia juga menuntut aliansi militer menghapus persenjataan ofensif dari negara-negara di kawasan itu.

Gedung Putih telah menolak tuntutan Rusia terhadap NATO. Prinsip utama aliansi NATO adalah keanggotaan terbuka untuk negara mana pun yang memenuhi syarat dan tidak ada pihak luar yang memiliki hak veto keanggotaan. Ada spekulasi bahwa Ukraina akan bergabung ke dalam aliansi NATO dalam waktu dekat.

Zelenskyy mengatakan dia dan Biden membahas tentang upaya menjaga perdamaian di Eropa. Termasuk mencegah eskalasi lebih lanjut, reformasi, dan deoligarkisasi. “Kami menghargai dukungan yang tak tergoyahkan,” kata Zelensky.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement