REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL--Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyebut seluruh rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 sudah diminta untuk siaga menghadapi potensi lonjakan kasus positif dari varian Omicron. Rumah sakit (RS) pemerintah yang ada di kabupaten/kota diminta untuk menyiapkan 30 persen kapasitas bed (tempat tidur) untuk penanganan Covid-19.
"Kalau rumah sakit swasta kurang lebih 20 persen," kata Kepala Dinkes DIY, Pembayun Setyaningastutie di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, DIY, Kamis (13/1).
Pihaknya juga sudah menyiapkan tempat isolasi terpadu (isoter). Pembayun mengatakan, isoter yang saat ini tidak terisi siap dioperasikan jika nantinya terjadi kenaikan kasus positif di DIY.
Pembayun menyebut, DIY juga tidak kekurangan tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19. Penambahan tenaga kesehatan ini dimungkinkan nantinya jika terjadi lonjakan kasus seperti Juni hingga pertengahan Agustus 2021 lalu.
"Kalau terjadi lonjakan kita rekrut lagi seperti kemarin. Sudah kita siapkan, kita sudah punya by name by address. Mudah-mudahan tidak ada lonjakan, tapi begitu ada kita rekrut lagi mereka-mereka yang sudah pernah jadi tenaga relawan," ujar Pembayun.
Tidak hanya itu, telemedicine juga direncanakan untuk diaplikasikan dalam penanganan Covid-19. Pembayun berharap telemedicine ini dapat segera berfungsi dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, terutama bagi warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Saat ini, varian Omicron belum terdeteksi di DIY. Pemeriksaan sampel warga yang terkonfirmasi positif melalui whole genome sequencing (WGS) juga tengah dilakukan untuk mendeteksi penyebaran Omicron di DIY.
Dalam mengantisipasi Omicron ini, Pembayun menegaskan agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) dengan disiplin. Ia juga meminta agar seluruh lapisan masyarakat, terutama tokoh-tokoh yang ada di lingkungan masyarakat untuk terus menyosialisasikan pentingnya prokes dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Dari dulu kami tetap komitmen dengan 5M, masker itu jelas prioritas. Kadang-kadang yang suka keliru, kita juga koreksi tokoh-tokoh panutan itu kalau mau berbicara itu tetap dipakai (maskernya), jangan dibuka. Nanti yang di bawah meniru, kalau bicara dicopot, kalau tidak bicara baru dipakai," jelasnya.