REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengatakan, saat ini keadaan warga negara Indonesia (WNI) di Kazakhstan aman. Sekurangnya 141 WNI tersebar di beberapa titik di negara Asia Tengah tersebut.
"Dalam pantauan kami mereka dalam kondisi aman, kami akan selalu memonitor situasi yang ada dan kami sudah membangun rencana kontingensi jika terjadi eskalasi di Kazakhstan," ujar Judha dalam pres briefing yang dilakukan secara hibrida atau campuran antara kehadiran fisik dan virtual, Kamis (13/1/2022).
Judha mengatakan, pihak Kedutaan Besar RI (KBRI) di Nur Sultan juga selalu memonitor para WNI di sana dan menjalin komunikasi setiap saat melalui grup WhatsApp. Pihak KBRI juga dikatakan telah memberikan imbauan agar WNI waspada dan berhati-hati.
"WNI diimbau untuk saling berkomunikasi dengan sesama WNI yang berada di kota/wilayah masing-masing dan berkomunikasi dengan KBRI melalui grup WNI maupun jalur komunikasi yang memungkinkan memberi update kondisi masing-masing dan melaporkan hal-hal yang penting untuk diketahui bersama," ujarnya.
Para WNI yang kebanyakan berada di Nur Sultan juga diminta mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat, menjaga ketertiban, dan tidak ikut dalam aksi-aksi massa yang dilakukan di wilayah setempat. Selain itu, WNI juga dilarang memberikan komentar yang bersifat publik terhadap perkembangan situasi dalam negeri Kazakhstan.
Pada 4 Januari 2022, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menerbitkan dekrit keadaan darurat dari Rabu (5/1/2022) hingga 19 Januari 2022 menyusul aksi demo damai yang berujung rusuh. Pemerintahnya juga memberlakukan jam malam setiap hari dari pukul 23.00 hingga pukul 07.00.
Kemudian Presiden Kassym-Jomart Tokayev sudah menerima pengunduran diri Perdana Menteri dari kabinetnya dan menunjuk deputi satu PM menjadi PM interim sampai terbentuknya kabinet baru. Awalnya protes menentang kenaikan harga bahan bakar berlangsung damai namun menjadi rusuh dalam serangan kekerasan terburuk sejarah negara Asia Tengah pasca-Soviet itu. Kerusuhan terutama pecah di Kota Almaty.