REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan 52 juta pekerjaan berkurang selama 2022 dibandingkan ketika sebelum pandemi COVID-19.
Berdasarkan laporan yang dirilis ILO pada Senin (16/1/2022), pasar kerja global akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Angka pengangguran akan tetap berada di atas tingkat sebelum COVID-19 setidaknya hingga 2023 akibat ketidakpastian tentang masa depan dan durasi pandemi.
Laporan /World Employment and Social Outlook/ itu menyebut gangguan akan berlanjut hingga 2023 Diperkirakan masih akan ada sekitar 27 juta pekerjaan berkurang.
"Prospek pasar tenaga kerja global telah memburuk sejak proyeksi terakhir ILO; kembalinya kinerja prapandemi kemungkinan akan tetap sulit dipahami di sebagian besar dunia selama tahun-tahun mendatang," bunyi laporan itu.
Direktur Jenderal ILO Guy Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa ada banyak faktor di balik revisi perkiraan sebelumnya, terutama "pandemi yang berkelanjutan dan variannya, terutama Omicron."
Secara keseluruhan, sekitar 207 juta orang diperkirakan menganggur pada tahun 2022. Namun, laporan tersebut mengatakan bahwa dampaknya akan jauh lebih besar karena banyak orang telah meninggalkan pekerjaan dan belum kembali.
Meski demikian, proyeksi defisit jam kerja tahun ini menunjukkan perbaikan selama dua tahun terakhir. Pada 2021, ILO memperkirakan jumlah pekerjaan akan berkurang 125 juta dari tingkat prapandemi dan pada 2020 berkurang sebanyak 258 juta.