Kamis 20 Jan 2022 06:35 WIB

Kemenag Akui Bantuan untuk Pesantren Saat Pandemi Minim

Baru 70 persen pesantren yang tersentuh bantuan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Pondok Pesantren. Kemenag Akui Bantuan untuk Pesantren Saat Pandemi Minim
Foto: ANTARA/NOVRIAN ARBI
Ilustrasi Pondok Pesantren. Kemenag Akui Bantuan untuk Pesantren Saat Pandemi Minim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag) Waryono Abdul Ghofur mengakui bantuan untuk pesantren di masa pandemi Covid-19 masih minim. Sebelumnya, Koordinator Penelitian Pesantren dan Pandemi dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Laifa Annisa Hendarmin melihat bantuan pemerintah terhadap pesantren masih minim.

Waryono mengatakan pemerintah memberikan bantuan untuk pesantren sebesar Rp 2,5 triliun saat pandemi di 2020. Tapi belum semua pesantren mendapat bantuan, jadi baru 70 persen pesantren yang tersentuh bantuan ini.

Baca Juga

"Jadi peneliti (dari PPIM UIN) menyampaikan bantuan pemerintah ke pesantren minim, itu memang betul, Rp 2,5 triliun harus dibagikan untuk 28 ribu lebih pesantren pada tahun 2020," kata Waryono dalam webinar berjudul "Pesantren dan Pandemi: Bertahan Di Tengah Kerentanan" yang diselenggarakan PPIM UIN Jakarta, Rabu (19/1/2022).

Ia menjelaskan, ternyata begitu bantuan Rp 2,5 triliun dibagikan ke pesantren, belum semua pesantren mendapatkannya. Sementara, pesantren yang mendapatkan bantuan itu pun ternyata belum signifikan.

"Sebagai contoh kami membuat tiga kategori pesantren, (salah satunya kategori) pesantren besar itu maksimal hanya (dapat bantuan) Rp 50 juta padahal santrinya 35 ribu (orang) ini bagaimana bisa melayani protokol kesehatan," ujarnya.

Menurutnya, bantuan ke pesantren memang masih kurang. Bahkan sangat kurang apalagi setelah masuk 2021, tidak ada bantuan yang seperti di 2020.

Waryono juga mengatakan, salah satu yang tersulit bagi pesantren adalah menjaga jarak. Karena di dalam pesantren, satu kamar diisi oleh banyak santri.

"Pesantren memang lumayan panik ketika awal-awal pandemi karena protokol kesehatannya mensyaratkan jaga jarak, tidak keluar masuk ke lingkungan pesantren, (sementara) tidak semua pesantren tenaga pendidiknya dari pesantren, ini juga problem karena informasi dari para ahli Covid-19 ini dibawa oleh mobilitas orang sehingga agak sulit menghindari," jelasnya.

Waryono menegaskan, di 2020, dari 28 ribu pesantren hanya 70 pesantren yang mengalami atau melaporkan terkena Covid-19. Kurang lebih 4.400 santri yang terkena Covid-19 dan yang paling banyak pesantren yang ada di Jawa Barat. Selanjutnya, pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Justru pesantren di DKI Jakarta dan Banten itu relatif sedikit yang terkena Covid-19.

"Ini boleh jadi ini terkait dengan ketersediaan infrastruktur pesantren sekaligus kuota santri yang ada di pesantren tersebut, sehingga pesantren-pesantren itu banyak kena (Covid-19)," ujarnya.

Ia mengatakan, tapi meskipun infrastruktur pesantren terbatas, ternyata pesantren yang terkena Covid-19 tidak memilih pesantren tradisional atau modern. Justru kaget karena pesantren pertama yang terkena Covid-19 adalah pesantren modern.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement