REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku sempat menegur para perusahaan rintisan atau startup di Indonesia. Kata Erick, perusahaan-perusahaan ini tengah berkembang, namun begitu sudah menjadi besar justru mengambil tenaga kerja dari luar negeri.
"Kita banyak startup, makanya saya tegur keras startup-startup itu ketika jadi besar, dia outsource ke India dan Rusia," ujar Erick saat mengisi kuliah umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Jakarta, Kamis (20/1).
Tak lama berselang, Erick baru menyadari keputusan perusahaan rintisan mengambil data scientist dari India dan Rusia lantaran sulitnya mendapatkan data scientist di Indonesia. "Di Indonesia paling ada 12 orang dan semua dibawa ke Singapura dengan gaji lebih besar. Data scientist kita kekurangan," ucap Erick.
Tak hanya data scientist, Erick mengatakan Indonesia juga memerlukan banyak jenis pekerjaan lain di bidang teknologi, mulai dari big data engineer, blockchain developer, artificial intelligent expert, biotechnology and food engineering, hingga software developer.
Erick mengaku telah menyampaikan kekhawatiran tentang munculnya jenis pekerjaan baru dan hilangnya jenis pekerjaan lain kepada 17 rektor. Erick menyebut pendidikan merupakan fondasi utama dalam menyiapkan generasi muda agar bisa beradaptasi dengan model perubahan bisnis ke depan.
Hal ini, ucap Erick, selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendorong pembangunan infrastruktur digital, selain infrastruktur seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan.
"Kalau terjebak membangun infrastruktur tapi tidak membangun infrastruktur digital seperti data center, cloud, fiber optik, wifii masuk desa, kita akan tertinggal," kata Erick.