Rabu 26 Jan 2022 05:30 WIB

WHO Berharap Fase Darurat Pandemi Berakhir pada 2022

WHO menyebut pandemi Covid-19 masih jauh dari akhir

Red: Nur Aini
Dua tahun setelah krisis Covid-19, pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa pada Senin (24/1/2022) mengatakan dia berharap fase darurat pandemi akan berakhir pada 2022.
Dua tahun setelah krisis Covid-19, pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa pada Senin (24/1/2022) mengatakan dia berharap fase darurat pandemi akan berakhir pada 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dua tahun setelah krisis Covid-19, pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa pada Senin (24/1/2022) mengatakan dia berharap fase darurat pandemi akan berakhir pada 2022.

“Pandemi masih jauh dari akhir, tetapi saya berharap kita dapat mengakhiri fase darurat pada 2022 dan mengatasi ancaman kesehatan lain yang sangat membutuhkan perhatian kita,” ungkap Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa.

Baca Juga

Namun, dia menekankan bahwa "terlalu dini untuk bersantai" karena pandemi memasuki fase baru yang didorong oleh varian omicron yang sangat menular.

“Omicron menggantikan delta dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kurang dari dua bulan sejak pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, sekarang menyebabkan 31,8 persen kasus di seluruh Wilayah Eropa, naik dari 15 persen minggu dan 6,3 persen minggu sebelumnya,” tutur dia.

Kluge memberikan penghormatan kepada petugas kesehatan yang telah menanggung beban krisis dan terus menempatkan diri mereka dalam bahaya.

"Kami tidak bisa mengatakan bahwa mereka keluar secara utuh," ujar dia.

“Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43 persen petugas kesehatan garis depan mengalami tingkat kecemasan yang signifikan, dan sebagian besar staf klinis yang bekerja di perawatan intensif sekarang memenuhi ambang klinis untuk gangguan stres pascatrauma.”

Kepala regional WHO mengatakan lebih dari 1,4 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di kawasan Eropa, yang mana telah menyelamatkan ratusan ribu nyawa.

“Kemajuan besar dalam ilmu kedokteran dan kolaborasi lintas batas telah menghasilkan tidak kurang dari 10 vaksin berbeda yang disetujui saat ini diluncurkan,” kata Kluge.

“Ini adalah salah satu pencapaian ilmiah terbesar dalam beberapa dekade,” imbuh dia.

Namun, dia menekankan bahwa masih ada “perbedaan besar dalam akses ke vaksin,” karena “terlalu banyak orang yang membutuhkan vaksin tetap tidak divaksinasi.”

Baca: 5 Kabupaten/Kota di NTT Belum Capai 70 Persen Vaksinasi Covid-19

Baca: Pasien Rawat Inap di RSDC Wisma Atlet Bertambah, Total Dekati 3.000 Orang

Baca: Kota Bandung Mulai Tes Covid-19 Acak Siswa dan Guru di Sekolah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement