REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa keemasan Islam, banyak sarjana berlomba-lomba untuk mengambil ilmu dari sumbernya langsung. Mereka yang berkhidmat dalam disiplin hadis berupaya mengumpulkan hadis dan menyusunnya dengan pelbagai cara. Abu Dawud menjadi seorang pencari hadis yang terkemuka dari generasi tabi'ut tabi'in.
Tidak kurang dari 50 ribu hadis berhasil dikumpulkannya. Bahkan, beberapa sumber menyebut, tokoh ini mengumpulkan hingga ratusan ribu hadis.Khusus dalam menyusun Sunan-nya, Abu Dawud menyeleksi puluhan ribu hadis itu hingga tersisa hanya lima ribu atau 4.800 hadis.
Awalnya, kitab tersebut memuat hadis-hadis hukum serta hadis yang berkaitan dengan amal-amal yang terpuji (fadhailul a'mal), kisah-kisah atau nasihat, serta adab dan tafsir. Namun, Abu Dawud kemudian mengkhususkan untuk karyanya itu hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah hukum Islam.
Sebagai seorang yang mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk kelangsungan ilmu, ia pernah menasihati jamaahnya. Menurutnya, cukuplah kaum Muslimin dengan berpegang pada empat dari sekian banyak hadis Rasulullah SAW. Keempat teks suci itu ialah berikut.
Pertama, hadits niat
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Segala amal perbuatan bergantung pada niat, dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya.” (HR Umar).