REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemikir dan ulama asal Turki Badiuzzaman Said Nursi mengatakan manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan paling mulia. Hal ini juga didasarkan pada penelitian dan berbagai studi.
Mengapa manusia menjadi makhluk yang paling mulia? Karena, menurut Nursi, karena manusia memiliki akal.
“Sebab, dengan akalnya ia dapat menyingkap sejumlah tingkatan sebab lahiri dalam penciptaan entitas dan buahnya. Ia mampu mengetahui berbagai relasi antara ilat dan rangkaian sebab,” ujar Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam terbitan Risalah Nur Press.
Dengan kemampuan parsialnya, menurut Nursi, manusia mampu meniru sejumlah ciptaan ilahi dan kreasi Rabbani yang rapi. Dengan ilmu dan kecakapannya yang bersifat parsial, ia juga mampu menjangkau sejumlah perbuatan ilahi yang rapi, yaitu dengan menjadikan ikhtiar parsial-nya sebagai ukuran parsial dan standar miniatur untuk memahami berbagai tingkatan perbuatan ilahi tersebut yang bersifat universal dan sifat-sifat-Nya yang bersifat mutlak.
“Semua itu membuktikan manusia merupakan makhluk yang paling mulia,” ucap dia.
Di samping itu, lanjut Nursi, lewat kesaksian sejumlah hakikat yang dipersembahkan Islam kepada umat manusia di mana ia secara khusus berlaku bagi manusia dan entitas diketahui kaum Muslim merupakan manusia paling baik dan paling mulia. Mereka adalah kaum penggenggam kebenaran dan hakikat.
“Lalu dengan kesaksian sejarah dan penelitian komprehensif diketahui penggenggam kebenaran yang paling mulia di antara manusia adalah Muhammad SAW seperti yang dikuatkan oleh seribu mukjizatnya, ketinggian akhlaknya, serta hakikat Islam dan Alquran,” jelas Nursi.
Risalah yang diterjemahkan dari bahasa Arab ini disampaikan Said Nursi di Masjid Jami Umawi di Damaskus 40 tahun yang lalu. Hal itu untuk memenuhi permintaan para ulama di sana. Jumlah mereka yang mendengarkam khutbah Nursi saat itu mendekati angka 10 ribu orang, dan tidak kurang dari 100 tokoh ulama Damaskus termasuk di dalamnya.