Senin 31 Jan 2022 21:47 WIB

Di Tengah Ketegangan, Muslim Ukraina Timur Berharap Perdamaian

Situasi politik di negara mempengaruhi semua orang sampai batas tertentu

Red: Esthi Maharani
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

KOSTIANTYNIVKA, Ukraina -- Komunitas Muslim di kota Kostiantynivka di Ukraina timur berharap "perdamaian dan kebaikan" dapat terwujud di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.

Meskipun kota industri di wilayah Donbas jatuh ke tangan separatis pro-Rusia untuk sementara waktu pada 2014, tentara Ukraina berhasil mendapatkan kembali kendali.

Vitaly Koritsky, pria Ukraina yang lahir dan besar di kota Slovyansk di bagian utara wilayah Donetsk, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa dia bertemu calon istrinya yang berasal dari Turki di kota yang sama. Keduanya kemudian masuk Islam di kota Donetsk dan pindah untuk tinggal di Kostiantynivka.

Koritsky, 31, mengatakan situasinya "memburuk" pada tahun 2014, ketika kelompok separatis pro-Rusia menyerbu bagian timur Ukraina. Saat itu, terang dia, tidak ada penduduk kota yang melarikan diri ke tempat lain karena "tidak ada tempat lain untuk dituju." Dia menegaskan bahwa komunitas Muslim di daerah itu telah menghadapi ancaman selama konflik.

"Kami terbiasa dengan semua hal ini selama bertahun-tahun, kami telah melihat perang dan tembakan ... Tentu saja, kami menginginkan kedamaian dan kebaikan, seperti sebelumnya, ketika tidak ada masalah bagi kami dan orang-orang dapat hidup lebih baik," kata Koritsky.

"Insya Allah, semoga semuanya baik-baik saja dan tidak ada pertempuran," tambah dia.

Situasi politik mempengaruhi semua

Avaz Shiraliyev, seorang pengusaha berusia 62 tahun keturunan di Azerbaijan dan telah tinggal di Ukraina selama lebih 30 tahun, mengatakan komunitas Muslim di Kostiantynivka telah berkembang secara kuantitas dibandingkan satu dekade lalu, ketika beberapa orang mulai membangun masjid pertama di kota itu secara swadaya.

Shiraliyev, yang juga ketua Asosiasi Bulag Muslim di Kostiantynivka, mengatakan meskipun hampir 1.000 Muslim tinggal di sana, hanya sekitar 60 keluarga yang secara aktif mengambil bagian dalam komunitas Muslim.

Dia menggarisbawahi bahwa saat ini situasi umum di wilayahnya masih "baik-baik saja" dan dia tidak yakin ketegangan dengan Rusia akan terjadi.

"Situasi politik, sampai batas tertentu, mempengaruhi kehidupan setiap orang, termasuk ekonomi, finansial, pekerjaan, dan mata pencaharian masyarakat," katanya dan mencatat bahwa sebelum konflik, kota-kota terdekat Donetsk dan Luhansk telah memberikan lebih banyak kesempatan kerja.

Shiraliyev menekankan bahwa komunitas Muslim memiliki "hubungan timbal balik yang sangat baik dan berdasarkan rasa hormat" dengan penduduk setempat mereka.

 'Semuanya akan berakhir dengan tenang, damai'

Abdullah Taibov, 66, warga Kostiantynivka lainnya, mengatakan "sejauh ini, tidak ada warga Ukraina atau Rusia yang menyinggungnya" dan dia hidup rukun dengan penduduk setempat.

"Kami hidup dengan hubungan bertetangga yang baik dengan semua orang. Kami hidup dengan penuh rasa hormat dan selalu membantu satu sama lain," kata Taibov, seorang etnis Lezgin dari wilayah Dagestan, Rusia.

Dia telah tinggal di Ukraina selama hampir lima dekade.

Tentang situasi komunitas Muslim di daerah itu, Taibov mengatakan mereka telah membeli lahan untuk membangun masjid pada awal 1986-1987.

Lewat kerja sama dan bantuan beberapa orang serta organisasi, mereka berhasil membangun masjid pertama di mana banyak Muslim berkumpul untuk sholat, kegiatan keagamaan, dan hari raya.

Taibov mencatat bahwa setelah pertempuran pecah pada tahun 2014, teman-teman yang sebelumnya tinggal di kota Donetsk kembali ke daerah-daerah di bawah kendali pemerintah Ukraina setelah kondisi kehidupan memburuk di tempat-tempat yang direbut kelompok separatis pro-Rusia.

Dia berharap ketegangan perbatasan dengan Rusia dapat diselesaikan.

"Saya pikir, dengan karunia Allah, tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Kami tidak ingin sesuatu terjadi ... Saya pikir (konflik) tidak akan terjadi.”

"Saya pikir setiap orang normal akan selalu menginginkan perdamaian, terutama umat Islam ... Kami berharap perdamaian dan kebaikan untuk semua," tambah Taibov.

Pada tahun 2014, mereka menyaksikan tembakan dan roket terbang di atas kepala para warga.

"Semoga perang ini berakhir secepat mungkin. Tidak ada yang baik tentang itu ... Saya pikir semuanya akan berakhir dengan tenang dan damai," ucap Taibov.

Rusia baru-baru ini mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan timur Ukraina dan memicu kekhawatiran Kremlin dapat merencanakan serangan militer ke Ukraina.

Moskow telah membantah pihaknya sedang bersiap untuk menyerang dan mengatakan pasukannya berada di perbatasan untuk latihan.

Rusia juga telah mengeluarkan daftar tuntutan keamanan, termasuk agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement