REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 3,7 persen pada 2021. Hal ini didorong pertumbuhan kuartal IV yang diperkirakan sebesar 5,1 persen.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM UI Teuku Riefky mengatakan prediksi tersebut seiring pemulihan ekonomi yang mulai terakselerasi. “Kuartal IV-2021 diestimasi mencapai 5,1 persen yang membuat ekonomi 2021 berada angka 3,7 persen,” ujarnya saat webinar Economic Outlook, Jumat (4/2/2022).
Menurutnya ekonomi kuartal IV 2021 akan mampu tumbuh tinggi karena adanya pelonggaran aktivitas sosial dan ekonomi. Hal ini juga seiring gelombang kedua pandemi Covid-19 varian Delta berakhir.
“Kepercayaan konsumen dan bisnis yang lebih tinggi diperkirakan akan berlanjut pada kuartal IV-2021 sehingga kami melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV dapat mencapai 5,1 persen,” ucapnya.
Riefky menyebut penerapan PPKM guna menahan penyebaran Covid-19 telah membatasi penularan Covid-19 dan memukul sektor transportasi & penyimpanan dan akomodasi, serta makanan dan minuman.“Selain pertanian, sektor kontributor utama ekonomi Indonesia, seperti manufaktur, perdagangan besar & eceran, dan konstruksi, juga mengalami pertumbuhan yang lebih lambat pada kuartal III/2021,” katanya.
Menurutnya gelombang kedua Covid-19 juga menahan pertumbuhan seluruh komponen pengeluaran PDB, terutama konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar PDB yang hanya tumbuh 1,03 persen yoy pada kuartal III 2021, turun dari 5,93 persen yoy pada kuartal sebelumnya.
“Akselerasi pemulihan dan tren peningkatan pertumbuhan ekonomi ini terdisrupsi oleh penyebaran varian Delta mengingat pemerintah harus mengeluarkan kebijakan PPKM Darurat pada kuartal III-2021,” ucapnya.
Riefky juga menyebut kebijakan ini memperlambat laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,51 persen (yoy) pada kuartal III 2021 karena menurunnya konsumsi dan aktivitas usaha di berbagai sektor yang mengandalkan interaksi fisik. “Kuartal III 2021 kita mengalami disrupsi tren pertumbuhan ekonomi yang selama ini momentumnya sudah dibangun,” ucapnya.
Di samping itu, tingkat inflasi sepanjang 2021 tercatat berada di bawah target Bank Indonesia dua persen sampai empat persen. Menurut Riefky rendahnya tingkat inflasi pada tahun lalu menunjukkan permintaan domestik belum kembali pulih sepenuhnya.
Dari sisi eksternal, dia menyampaikan, realisasi investasi menunjukkan tanda yang menjanjikan dengan total realisasi investasi sebesar Rp 901,02 triliun pada 2021. Lebih lanjut, kinerja ekspor terus meningkat hingga akhir 2021 dengan pertumbuhan tahunan mencapai 142 persen, didorong melonjaknya hampir semua harga komoditas, terutama batu bara dan minyak nabati.
Adapun perbaikan neraca perdagangan pada masa pandemi Covid-19 juga berdampak positif pada transaksi berjalan yang mencapai surplus tertinggi sepanjang masa pada kuartal III 2021 sebesar 4,5 miliar dolar AS atau 1,49 persen dari PDB.
Kinerja neraca perdagangan dan neraca berjalan yang kuat pun telah membantu Indonesia untuk menjaga arus modal dan Rupiah yang relatif stabil sepanjang 2021.
“Kami melihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 dapat mencapai sekitar 5,1 persen, membuat perkiraan pertumbuhan 2021 sebesar 3,7 persen,” kata Riefky.