REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Mengunjungi Ka'bah di metaverse tidak akan dianggap sebagai perjalanan haji. Demikian kesimpulan Kepresidenan Urusan Agama Turki atau Diyanet dalam forum diskusi yang digelar selama sebulan.
“Haji di metaverse ini tidak dapat terjadi,” kata Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan, dikutip di TRT World, Ahad (6/2).
Ia menyebut orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka'bah di metaverse. Tetapi, hal tersebut tidak akan pernah dianggap sebagai ibadah yang nyata, karena kaki orang harus menyentuh tanah.
Menurut Bircan, ibadah haji harus dan akan dilakukan dengan pergi ke Kota Suci dalam kehidupan nyata. Adapun versi metaverse Ka'bah menjadi kontroversial di kalangan Muslim di seluruh dunia, setelah acara "Virtual Black Stone Initiative" Arab Saudi pada Desember 2021.
Negara itu membawa tempat paling suci Islam ke dalam metaverse, memungkinkan umat Islam melihat secara virtual batu yang dihormati secara agama yang disebut Hajr Aswad, atau Batu Hitam di kota Makkah.
"Inisiatif ini memungkinkan umat Islam untuk melihat Hajr Aswad secara virtual, sebelum ziarah ke Makkah,” kata pejabat Saudi dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan inisiatif tersebut.