Selasa 08 Feb 2022 11:30 WIB

Beda Akhlak yang Baik dan Buruk Menurut Imam Ghazali  

Akhlak yang baik akan memberikan dampak yang baik

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi akhlak baik. Akhlak yang baik akan memberikan dampak yang baik
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi akhlak baik. Akhlak yang baik akan memberikan dampak yang baik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Akhlak yang baik dan mulia merupakan sifat Rasulullah SAW, dan yang paling utama di antara segala amalan para shiddiqin. 

Imam Abu Hamid Al Ghazali mengatakan akhlak mulia itulah yang tak diragukan lagi merupakan separuh dari nilai agama. 

Baca Juga

"Yang merupakan buah perjuangan kejiwaan kaum muttaqin dan inti latihan mental para ahli ibadah," kata Al Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum Al-Din yang dialihbahasakan Muhammad Al-Bagir menjadi judul buku 'Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia.'

Imam Ghazali memastikan, lawan dari akhlak mulia adalah akhlak yang buruk merupakan sumber segala racun pembunuh, yang membinasakan dengan kejam. 

Akhlak buruk mendatangkan pelbagai penyimpangan moral yang memalukar kehinaan yang nyata, kebusukan perilaku yang menjauhkan manusia dari Rabbul Alamin, dan yang menjerumuskan pelakunya ke dalam kelompok setan terkutuk.

"Itulah pula pintu-pintu terbuka ke arah api neraka yang dinyalakan Allah, yang membumbung tinggi membakar hati manusia pendosa," katanya.

Sementara itu, akhlak yang baik merupakan pintu-pintu terbuka menuju kenikmatan surga, serta hidup bahagia di sisi Sang Mahapengasih. 

Di samping itu, akhlak yang buruk merupakan kumpulan semua penyakit yang mematikan hati. Namun ia merupakan penyakit yang membinasakan sepanjang masa, tak mungkin dibandingkan dengan penyakit yang hanya membinasakan kehidupan jasad yang sementara.

Apabila perhatian para tabib begitu besarnya ditujukan guna menetapkan segala cara pengobatan tubuh, sementara penyakit yang menghinggapinya hanya membahayakan kehidupannya di dunia yang fana, tentunya perhatian yang ditujukan guna mengobati peniyakit-penyakit hati, seharusnya jauh lebih besar lagi. "Sebab, penyakit macam ini membinasakan kehidupan yang langgeng dan abadi," katanya.

Jika demikian, ilmu yang mengobati penyakit hati inilah yang wajib dipelajari oleh setiap manusia berakal sehat. Hal ini mengingat kenyataan bahwa tak suatu pun hati yang sama sekali terhindar dari pelbagai penyakit seperti ini, yang apabila dibiarkan pasti akan makin bertambah, menumpuk, dan melekat.

Oleh sebab itu, seorang hamba perlu berupaya mengetahui pelbagai penyakit hati serta penyebabnya. Setelah itu, bersungguh-sungguh dalam pengobatan serta penyembuhannya. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam surat As Syams ayat 9 yang artinya: 

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).”

Adapun pengabaian hal itu adalah yang dimaksud dengan firman-Nya Al-Syams ayat 10 yang artinya: 

وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا "Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement