REPUBLIKA.CO.ID, — Terdapat empat prinsip yang harus ditempuh para pencari Tuhan untuk menuju Allah SWT, yaitu prinsip taubat, ikhlas, dzikir, dan mahabbah (cinta).
Dalam buku Al-Muntakhab fi Ushul ar-Rutab fi ‘Ilm at-Tashawwuf yang dialihbahasakan menjadi “Menjalin Ikatan Cinta Allah SWT” terbitan TuROS ini, Aisyah al-Ba’uniyah mendefinisikan tobat sebagai kembali ke asal. Seorang pencari Tuhan atau salik harus melakukan lahiriah dan batiniah.
Menurut dia, puncak dari tingkatan ini adalah kembali kepada Allah SWT dengan cara menyesali dosa, melepaskan diri darinya, dan memiliki tekad untuk tidak mengulanginya.
Sedangkan dalam menjelaskan prinsip ikhlas, Aisyah menuturkan bahwa yang pertama-tama dilakukan hamba dalam ubudiyah adalah memurnikan ketaatn kepada Allah SWT semata. Menurut dia, amal yang sedikit sudah mencukupi jika dilakukan atas dasar keikhlasan.
Dia mengatakan, keikhlasan harus melibatkan nafsu, hati, dan jiwa. Salah satu tanda orang yang ikhlas, menurut dia, ketika perilaku orang tersebut sudah seperti perangai anak kecil. Dia pun membuat sebuah syair untuk menjelaskan makna keikhlasan.
“Barang siapa masih melihat keikhlasan dalam amalan, ia masih butuh belajar keikhlasan, jangan heran andai suatu hari kamu curiga dan bertanya, mengapa dulu aku berbuat sesuatu sebegitunya.”
Mursyid tarekat Qadiriyah ini pun mengutip riwayat dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ “Orang yang bertaubat dari dosanya, seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali.” (HR. Ibnu Majah dan ath-Thabrani).
Selain prinsip taubat dan ikhlas, prinsip dzikir juga penting untuk ditempuh para pencari Tuhan. Dalam buku ini, Aisyah telah menjelaskan secara rinci pengertian dzikir mulai dari perspektif ahli bahasa hingga ahli tasawuf.
Namun, Aisyah mengakui bahwa dzikir mengingat Allah SWT itu lebih berat ketika tanpa ada hasrat meminta imbalan, ketimbang mengingat Allah SWT lantaran mengharap imbalan, karena takut siksaan-Nya atau ingin memperoleh pahala-Nya.