REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sejumlah indikator ekonomi Indonesia saat ini menunjukan tren perbaikan di tengah pandemi Covid-19. Ia pun bersyukur dengan kondisi perbaikan indikator ekonomi ini.
"Kita bersyukur saat ini beberapa indikator ekonomi menunjukan tren yang semakin baik," kata Jokowi di acara Mandiri Investment Forum 2022.
Perbaikan sejumlah indikator tersebut di antaranya yakni processing manager index (PMI) per Januari 2022 yang di level 53,7 dan berada di zona ekspansi serta lebih tinggi dari PMI Asia yang di level 52,7. Selain itu, investasi juga tumbuh semakin baik. Pada 2022, realisasi investasi mencapai Rp 901 triliun dan tumbuh 9 persen year on year. Sedangkan, penanaman modal asing tumbuh 10 persen year on year mencapai Rp 454 triliun.
Hal ini, kata Jokowi, menunjukkan kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia di tengah situasi pandemi Covid-19. Jokowi juga menyebut, ekspor Indonesia mengalami peningkatan tinggi pada 2021, yakni tumbuh 41,9 persen sebesar 232 miliar dollar AS yang tertinggi sepanjang sejarah.
Peningkatan ekspor ini didorong oleh industrialisasi hilirisasi besi dan baja. Selain ekspor, angka impor juga mengalami pertumbuhan sebesar 38,6 persen. Kondisi ini, kata dia, mengindikasikan penguatan aktivitas ekonomi dalam negeri.
Sementara keyakinan konsumen kembali pada tingkat optimis sebesar 118,3 pada Desember 2021. Kondisi ini mendorong belanja masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi di masa sebelum pandemi.
Selain itu, stabilitas makro ekonomi juga terjaga. Jokowi menyebut, tingkat inflasi berada pada tingkat yang rendah, yakni 2,18 persen year on year pada Januari 2022.
"Cadangan devisa pada Januari 2022 mencapai sebesar 141,3 miliar dolar AS, membawa Indonesia dalam posisi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan eksternal pada tahun 2022 terutama terkait normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat," ujar Jokowi.
Kendati demikian, Jokowi mengatakan, pemulihan ekonomi nasional juga masih akan menghadapi tantangan, utamanya dari eksternal. Seperti gangguan rantai pasokan yang bisa memicu peningkatan inflasi global dan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat yang diperkirakan terjadi lebih cepat.