Rabu 09 Feb 2022 16:16 WIB

Kemen BUMN Dorong Pertamina-PLN dalam Program Penurunan Emisi

Kemen-BUMN berharap integrasi Pertamina dan PLN di panas bumi bisa segera IPO

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah pekerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan operasional di area sumur panas bumi situs Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong. Kementerian BUMN berharap integrasi panas bumi di bawah Pertamina dan PLN dapat segera melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Kementerian BUMN, lanjut Tiko, juga fokus menghasilkan EBT dengan memulai pengembangan DME yang mana mengubah cadangan batubara Indonesia menjadi metana cair yang dapat menjadi sumber energi pengganti elpiji di masa depan.
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Sejumlah pekerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan operasional di area sumur panas bumi situs Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong. Kementerian BUMN berharap integrasi panas bumi di bawah Pertamina dan PLN dapat segera melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Kementerian BUMN, lanjut Tiko, juga fokus menghasilkan EBT dengan memulai pengembangan DME yang mana mengubah cadangan batubara Indonesia menjadi metana cair yang dapat menjadi sumber energi pengganti elpiji di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menugaskan Pertamina dan PLN menjadi garda terdepan dalam upaya penurunan emisi.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan Pertamina memiliki banyak program yang akan dan sudah diluncurkan tahun ini.

Baca Juga

"Saya akan memilih tiga yang sangat penting dan saya pikir akan menjadi game changer utama dalam perubahan lingkungan ini yakni ekosistem kendaraan listrik, transisi EBT, hingga integrasi panas bumi," ujar Tiko dalam Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2).

Tiko menyampaikan Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama dengan mitra menjadi kunci yang akan memfokuskan kembali bisnis Pertamina untuk mendapatkan bisnis baterai dan kendaraan listrik. Tiko menilai hal ini akan menjadi kemitraan strategis dengan mitra global.

"Kami akan memproduksi dari hulu ke hilir produksi baterai yang diharapkan dapat beroperasi sekitar 2024 di Indonesia," ucap Tiko.

Tiko juga berharap integrasi panas bumi di bawah Pertamina dan PLN dapat segera melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Kementerian BUMN, lanjut Tiko, juga fokus menghasilkan EBT dengan memulai pengembangan DME yang mana mengubah cadangan batubara Indonesia menjadi metana cair yang dapat menjadi sumber energi pengganti elpiji di masa depan.

"Jadi PLN saat ini sedang menyelesaikan program jangka panjang untuk memenuhi COP 26 yang targetnya pengurangan emisi batubara dan penggunaan energi batubara hampir nol pada 2060," ungkap Tiko.

Tiko menyebut target tersebut sangat menantang. Oleh karena itu, Kementerian BUMN dan PLN sudah mulai memetakan sumber energi yang akan menggantikan batu bara dan sedang mencoba menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara lebih sistematis dan cepat. 

"Jadi, beberapa sumber energi baru akan terbarukan, Indonesia cukup kaya dengan potensi panas bumi, air, dan surya," sambung Tiko.

Kata Tiko, PLN saat ini juga tengah menghitung investasi yang diperlukan untuk sektor tersebut dan jenis insentif yang bisa diberikan pemerintah agar investor bisa bekerja sama dengan PLN untuk mengembangkan tiga sektor tersebut.

Selain itu, lanjut Tiko, PLN juga sedang berupaya menerapkan teknologi carbon capture agar bisa dioperasikan dan selaras dengan program energi hijau seperti penanaman kembali dalam upaya mengurangi emisi di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement