Kamis 10 Feb 2022 15:14 WIB

Harga Gula Mulai Naik, Ini Kata Petani Tebu

Petani tebu meminta pemerintah awasi impor gula agar tidak merugikan masyarakat

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dua orang petani sedang memperbaiki saluran air di lahan tebu Desa Kerticala, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu. Harga komoditas gula mulai merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta masyarakat tak perlu khawatir karena pasokan gula baik dari dalam negeri masih mencukupi sementara pemerintah juga telah membuka keran impor.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Dua orang petani sedang memperbaiki saluran air di lahan tebu Desa Kerticala, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu. Harga komoditas gula mulai merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta masyarakat tak perlu khawatir karena pasokan gula baik dari dalam negeri masih mencukupi sementara pemerintah juga telah membuka keran impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas gula mulai merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta masyarakat tak perlu khawatir karena pasokan gula baik dari dalam negeri masih mencukupi sementara pemerintah juga telah membuka keran impor.

Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikun, mengatakan, saat ini sebagian besar petani sudah tidak memiliki stok karena telah diserap sepenuhnya oleh pabrik gula. Adapun musim panen dan giling baru akan dimulai pada Mei mendatang.

Baca Juga

"Hari-hari ini petani sudah tidak memegang gula karena sudah berpindah tangan ke pedagang dan pabrik," kata Soemitro kepada Republika.co.id, Kamis (10/2/2022).

Meski demikan, Soemitro mengatakan, seharusnya ketersediaan stok gula dalam negeri saat ini masih mencukupi. APTRI memperkirakan sisa stok gula konsumsi akhir 2021 mencapai 1,1 juta ton yang berasal dari produksi lokal, impor gula, serta potensi kebocoran gula rafinasi industri yang masuk ke pasar gula konsumsi.

"Dari perhitungan itu semestinya bisa digunakan untuk pemenuhan sampai bulan April," kata dia.

Selain itu, Soemitro membeberkan, pemerintah telah menerbitkan persetujuan impor sekitar 1,13 juta ton terdiri dari gula kristal putih (GKP) dan gula mentah (raw sugar) untuk kebutuhan tahun 2022.

Adapun, untuk perkiraan produksi gula tebu lokal tahun ini diharapkan minimal 2,2 juta ton. Soemitro mengatakan, prediksi cuaca pada tahun ini cukup bagus sehingga sangat mendukung pertumbuhan tebu. Di sisi lain, petani tebu mulai beralih ke pupuk non subsidi sehingga tidak tergantung lagi pada pupuk subsidi yang minim stok.

Dengan penghitungan produksi itu, total ketersediaan gula akan mencapai lebih dari 3 juta ton dan cukup memenuhi kebutuhan setahun penuh.

Baca: IHSG Diproyeksi Melaju Positif, Sekuritas Sarankan Beli Saham-Saham Ini

Dengan dibukanya keran impor tersebut, APTRI sekaligus meminta Kemendag untuk mengawasi ketat peredaran dan distribusi gula. Sebab, isu-isu kelangkaan masih bisa terjadi yang ditujukan untuk mendesak pemerintah menambah alokasi impor.

"Jika ada disebut terjadi kelangkaan kami akan sampaikan ke pemerintah agar jangan sampai tergiur oleh beberapa oknum yang sengaja membuat harga gula mahal dan akhirnya minta tambahan impor. Ini petani yang akan dirugikan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement