REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) memasang target seluruh bandaranya dapat menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menegaskan komitmennya dalam pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di seluruh bandara yang dikelola perseroan.
“Pada 2025, ditargetkan seluruh 20 bandara AP II telah memiliki PLTS dengan kapasitas 26,34 MWp,” kata Awaluddin dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu (12/2/2022) malam lalu.
Awaluddin menjelaskan, penggunaan EBT di bandara sejalan dengan kesepakatan antara Airport Council International (ACI) dan seluruh operator bandara di dunia. Khususnya untuk mendukung program global Net Zero Carbon Emission 2050.
“Bandara menyumbang sekitar dua persen emisi karbon dari total pangsa global, sehingga untuk mengurangi emisi karbon tersebut, operator bandara harus berkomitmen menggunakan energi baru terbarukan hampir di seluruh aspek operasional dan pelayanan," jelas Awaluddin.
Dia menuturkan, AP II selalu menanamkan semangat kepedulian lingkungan di industri penerbangan nasional melalui pemanfaatan EBT. Dia mengungkapkan, AP II ingin terus berkontribusi terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan.
Awaluddin menambahkan, pemanfaatan EBT di lingkungan AP II sangat mendukung implementasi teknologi dalam mewujudkan smart airport. Dengan begitu menurutnya dapat meningkatkan daya saing bandara-bandara AP II di era industri 4.0.
“AP II telah memiliki masterplan pengembangan Eco Airport periode 2021-2030, di mana Eco Airport ini mendukung visi perusahaan menjadi Smart and Connected Airport. Pemanfaatan EBT di bandara AP II akan menggunakan teknologi-teknologi baru, yang bisa diintegrasikan dengan teknologi eksisting,” jelas Awaluddin.
Sementara itu, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bob Saril mengatakan transisi ke pemanfaatan EBT memerlukan dukungan seluruh pihak. Bob menilai, daam transisi tersebut membutuhkan kerja sama komponen masyarakat yang sangat penting.
“Adanya kerja sama dalam hal regulasi, masalah pendanaan, serta teknologi yang juga harus mendukung,” tutur Bob.