Senin 14 Feb 2022 02:30 WIB

Mencari Putri Mandalika di Tradisi Bau Nyale

Bau Nyale adalah wujud memelihara atraksi budaya.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah warga mencari dan mengumpulkan nyale (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (4/3/2021). Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sasak Lombok dengan menangkap Nyale (cacing laut warna-warni) yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Sejumlah warga mencari dan mengumpulkan nyale (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (4/3/2021). Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sasak Lombok dengan menangkap Nyale (cacing laut warna-warni) yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Menjelang MotoGP 2022 pada Maret nanti, ada tradisi tahunan Bau Nyale di Lombok. Lokasinya pun dekat Sirkuit Pertamina Mandalika.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, H Lendek Jayadi menjelaskan, Bau Nyale adalah wujud memelihara atraksi budaya yang sudah menjadi peninggalan leluhur masyarakat Sasak Lombok. Bau nyale, sebuah tradisi suku terbesar di Lombok menjadi bagian penting dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga

"Dalam bahasa Sasak, bau artinya menangkap dan nyale adalah cacing laut. Bau nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. Umumnya, antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya," kata Lendek Jayadi saat acara konferensi pers di Media Center Indonesia Mandalika, Lombok Tengah, Ahad (13/2/2022).

Masyarakat setempat percaya nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak. Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru.

Tak ingin terjadi kekacauan di kemudian hari jika ia memilih salah satu di antaranya, Putri Mandalika pun menolak semua pinangan itu dan memilih mengasingkan diri. Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum Subuh.

Seluruh undangan berduyun-duyun menuju lokasi. Putri Mandalika yang dikawal ketat prajurit kerajaan muncul di lokasi. Kemudian dia berhenti dan berdiri pada sebuah batu di pinggir pantai. Tak lama, ia pun terjun ke dalam air laut dan menghilang tanpa jejak.

"Seluruh undangan sibuk mencari, namun mereka hanya menemukan kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan Putri Mandalika," kata dia.

Bagi sebagian orang, nyale bukanlah sekadar cacing laut. Nyale merupakan hidangan yang istimewa bagi warga Lombok. Hasil tangkapan nyale itu acap mereka jadikan pepes nyale yang dibakar dengan daun pisang.

Pepes nyale seukuran 250 gram pun kerap dijual di tepi jalan Lombok seharga Rp 35 ribu-Rp 50 ribu dan tak pernah sepi peminat. "Nyale juga bisa dijadikan sambal pedas berbahan nyale mentah. Agar mengusir amis si cacing laut, sambal pedas ini ditabur perasan jeruk purut dan daun kemangi," kata Lendek Jayadi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement