Senin 03 Apr 2023 23:47 WIB

Preseden Buruk Piala Dunia U20 Jangan Berdampak Pada Event Internasional Cabor Lain

Pengalaman terkait Piala Dunia U-20 harus menjadi pelajaran bersama.

 Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan pelatih Timnas U-20  Sin Tae-Young (kiri) dalam pertemuan menyusul keputusan FIFA untuk mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Sabtu (1/4/2023).
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan pelatih Timnas U-20 Sin Tae-Young (kiri) dalam pertemuan menyusul keputusan FIFA untuk mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Sabtu (1/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari sangat berharap preseden buruk yang dialami Indonesia termasuk Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang gagal menjadi tuan rumah tidak berdampak negatif terhadap berbagai event olahraga internasional lain.

Seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, sebaiknya menahan diri dalam mengeluarkan bahasa – bahasa yang tidak produktif terhadap rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah banyak event olahraga internasional pada tahun 2023 ini. 

Baca Juga

“Semoga preseden yang terjadi di Piala Dunia U20 sepakbola ini tidak terjadi pada event – event lain,” ujar Raja Sapta Oktohari yang kerap akrab disapa Okto di Jakarta, Senin (3 April 2023).

Seperti diketahui, Indonesia telah diagendakan untuk menjadi tuan rumah bagi event – event olahraga bertaraf internasional dan bergengsi hingga akhir tahun 2023 ini. 

Pertama, pada 3-4 Juni 2023, akan diselenggarakan Jakarta E-Prix, atau mobil balap elektrik di Jakarta. Kedua, pada 13 – 18 Juni 2023, akan digelar Indonesia Open salah satu event bergengsi kelas dunia di cabang Bulutangkis. Digelar di Jakarta, kompetisi ini berkelas Super1000. 

Ketiga, pada 6 – 12 Agustus 2023, akan digelar ANOC World Beach Games di Bali. Dalam event ini akan ada 14 cabang olahraga yang biasa digelar di pantai, dan diperkirakan akan hadir juga kontingen Israel.

Keempat, pada 25 Agustus – 10 September 2023, Indonesia akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Basket FIBA, dimana Indonesia bersama Jepang dan Filipina akan menjadi tuan rumah bersama.

Lalu, Kelima, pada 14 – 15 Oktober 2023,  Indonesia kembali akan menjadi tuan rumah MotoGP, yang digelar di Mandalika,  Nusa Tenggara Barat.

Okto mengatakan, menjadi tuan rumah event – event olahraga berkelas global di Indonesia itu mengandung tantangan yang lumayan besar.  Salah satunya adalah tantangan yang dihadapi rencana ANOC World Beach Games. 

Dia meminta semua pihak memahami status World Beach Games di Bali tersebut. "Kita masih menunggu surat resmi dari ANOC tentang hasil kualifikasi negara dan atlet yang akan turun bertanding di World Beach Games. Karena wajib dipahami bahwa World Beach Games ini merupakan multievent terbesar setelah Olimpiade musim Panas dan Olimpiade Musim Dingin," ujar Okto. 

ANOC World Beach Games akan diikuti peserta dari sebanyak 130 negara, dan akan ada 1.600 atlet yang akan datang. Ini momentum Indonesia untuk membuktikan layak sebagai tuan rumah event yang besar, apalagi Indonesia bercita – cita menjadi tuan rumah Olimpiade 2036.

Okto menegaskan, semua pihak harus melihat dari cakupan yang lebih luas lagi, karena saat ini berbicara olahraga sebagai sebuah negara. Untuk mencapai posisi Indonesia yang mendapatkan kepercayaan besar dunia seperti saat ini, tidaklah mudah. Event seperti ANOC World Beach Games bukan sekadar Asian Games, atau Seagames yang bersifat regional. 

“Kita bicara konteks dunia. Karena tingkat dunia, terdapat konsekuensi – konsekusian yang harus dijawab. Dan apapun yang terjadi nanti, jangan sampai menjadi preseden dan akhirnya menimbulkan stigma kepada Indonesia menjadi kurang baik,” ujar Okto

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement