Senin 14 Feb 2022 06:13 WIB

Rachmat Gobel Ajak UMKM Milenial untuk Biasakan Tangan di Atas

Berbisnislah dengan berkeringat, jangan mau yang instan dan jangan ingin cepat kaya.

Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, mengajak generasi milenial yang terjun menjadi pengusaha UMKM untuk membiasakan diri berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah
Foto: istimewa
Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, mengajak generasi milenial yang terjun menjadi pengusaha UMKM untuk membiasakan diri berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, mengajak generasi milenial yang terjun menjadi pengusaha UMKM untuk membiasakan diri berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah. “Ini akan melatih kemandirian dan membentuk karakter kewirausahaan yang tangguh serta tahan banting,” katanya, Minggu, 13 Februari 2022.

Gobel menyampaikan hal itu saat menjadi keynote speaker dalam acara peluncuran Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis). Dalam acara yang dilakukan secara hibrida itu, online dan offline, itu juga hadir Ketua Majelis Penasihat PP Persis Prof KH Maman Abdurrahman. Hadir juga para mantan ketua umum Hima Persis yang kini sudah bertebaran di berbagai lembaga dan profesi. Tema muktamar nanti adalah tentang kebangkitan ekonomi seiring optimisme dalam beradaptasi terhadap pandemi Covid-19. Iqbal Muhammad Dzilal, ketua umum Hima Persis, mengajak kader-kader Hima Persis untuk terjun menekuni bisnis.

Baca Juga

Generasi muda milenial, kata Gobel, merupakan cahaya bagi negeri dan bagi masa depan bangsa. Setelah dua tahun Indonesia didera badai corona, kata Gobel, sudah saatnya Indonesia bangkit kembali. “Negeri ini sangat membutuhkan kontribusi kaum milenial, apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi bonus demografi. Jadi, kaum muda memang kekuatan nyata dan dominan Indonesia saat ini,” katanya.

photo
Generasi muda milenial, merupakan cahaya bagi negeri dan bagi masa depan bangsa - (istimewa)

Gobel menyatakan banyak sektor yang bisa dimasuki dalam dunia usaha. Ia menyebutkan di antara yang penting adalah usaha herbal, handicraft dan furniture, pangan dan kuliner, dan fesyen, termasuk batik, tenun, dan sulam. Menurutnya, pasar herbal dunia mencapai Rp 900 triliun, namun Indonesia baru berkontribusi satu persen saja. Padahal Indonesia sangat kaya tanaman herbal dan rempah-rempah.

Karena itu pasar herbal dunia dikuasai India dan China. Bahkan Korea yang hanya mengandalkan ginseng mampu berkontribusi lumayan besar. “Indonesia memiliki banyak tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan lain-lain,” katanya. Demikian pula dengan kekayaan fesyen Indonesia. “Indonesia memiliki batik, tenun, sulam, yang masing-masing daerah memiliki ragam tersendiri. Ini kekayaan yang tak dipunyai semua bangsa,” katanya. Pasar pangan halal dunia, katanya, juga sangat besar, sekitar 700 triliun dollar AS.

“Berbisnislah dengan berkeringat, jangan mau yang instan dan jangan ingin cepat kaya. Semua harus dimulai dengan kerja keras,” katanya. Karena itu, ia mengingatkan agar jangan mudah terbuai dengan tawaran usaha yang instan seperti forex atau pinjol. “Dalam berusaha itu yang penting du-it,” katanya. Para hadirin tertawa. “Jangan salah tangkap. Maksudnya do it. Kerja keras. Bekerja. Berkeringat,” katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement