Senin 14 Feb 2022 20:31 WIB

Harga Tempe di Kota Bogor Mulai Naik Rp 2.000

Kenaikan harga tempe seiring dengan bahan baku yang mengalami kenaikan.

Perajin memproduksi tempe berbahan dasar kedelai.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Perajin memproduksi tempe berbahan dasar kedelai.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melaporkan harga tempe mulai naik Rp2.000 di pasaran. Hal ini seiring kabar harga kedelai internasional sebagai bahan baku juga mengalami kenaikan karena penurunan produksi di negara produsen, seperti Brazil dan Amerika Serikat.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor, Mohamad Soleh, Senin (14/2/2022), mengatakan, kenaikan memang tidak dapat dihindari dan sesuai prediksi pemerintah pusat. "Yang mulai terlaporkan untuk tempe ukuran besar sekitar 1 kilogram naik Rp2.000 itu," kata Soleh.

Baca Juga

Soleh menyebut, hasil pemantauan harga di dua pasar tradisionalyakni Pasar Bogor dan Pasar Kebon Kembang harga tempe ukuran 1 kilogram naik 15 persen dari Rp13.000 menjadi Rp15.000. Hal ini disebabkan kedelai impor dari penyalur Kopti naik dari Rp10.700 menjadi Rp11.500 per kilogram. Kenaikan lebih tajam pada harga kedelai pedagang pasar dalam negeri dari Rp13.000 menjadi Rp14.000 per kilogram.

Soleh mengimbau agar masyarakat mengantisipasi ketergantungan terhadap tempe. Olahan tempe di Kota Bogor cukup tinggi, kata dia, mengingat gorengan, kerupuk dan olahan lain dari produsen kuliner maupun rumah tangga gandrung menggunakan bahan dasar tempe.

"Jadi kami sudah memberi tahu dari awal, semoga saja harga cepat stabil kembali," katanya.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan melansir bahwa harga tahu dan tempe di dalam negeri akan naik di bulan mendatang karena melonjaknya harga kedelai internasional.

"Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai. Kalau saya melihat di Brasil terjadi penurunan produksi kedelai di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, turun jadi 125 juta ton," kata Oke.

Dia juga menyebutkan penyebab lain yakni inflasi di Amerika Serikat yang mencapai tujuh persen, yang berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai. Selain itu, terjadi pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai juga mengakibatkan petani kedelai di Amerika Serikat menaikkan harga.Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp11.240 per kilogram ditingkat importir dalam negeri.

Dalam hal ini, diperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dolar AS per bushel. Selanjutnya, akan terjadi penurunan pada Juli 2022 ke angka 15,74 dolar AS per bushel di tingkat importir.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement