REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut kenaikan harga sejumlah komoditas dipicu oleh pasar global, dan pemerintah masih mencari kebijakan yang tepat terkait hal itu.
"Contohnya adalah kedelai yang menyebabkan harga tempe naik dan sekarang minyak goreng yang ditentukan harga 'crude palm oil' atau CPO di pasar global," katanya kepada wartawan di Surabaya, Selasa (22/3/2022) malam.
Menurutnya, pemerintah masih mencari kebijakan yang tepat terkait gejolak pasar global yang mempengaruhi kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar domestik.
"Salah satunya mencabut harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng premium yang bertujuan mendapat keseimbangan melalui mekanisme pasar," ujarnya.
Moeldoko menjelaskan minyak goreng premium belakangan menjadi langka di pasaran akibat sekitar enam pabrik yang tergolong besar di Tanah Air terpaksa tutup."Karena harga CPO di pasar global di atas Rp14 ribu per liter. Mereka kesulitan ketika dipaksa menjual sesuai HET sebesar Rp14 ribu per liter," katanya.
Dampaknya, lanjut Moeldoko, suplai dan "demand" tidak seimbang sehingga terjadi kelangkaan di pasaran."Beberapa pabrik minyak goreng yang tutup mempengaruhi suplai. Suplai yang mempengaruhi akan menaikkan harga. Diharapkan dengan melepas HET akan terjadi keseimbangan baru," ujarnya, menjelaskan.
Keseimbangan yang dimaksud adalah harga minyak goreng premium yang saat ini dirasa semakin mahal."Saya yakin itu tidak lama. Itulah keseimbangan baru yang semuanya akan ditentukan pasar. Nanti harganya akan semakin turun," ucapnya.
Saat ini, Moeldoko menandaskan, pemerintah sedang mengontrol distribusi minyak goreng curah, yang telah ditetapkan HET sebesar Rp14 ribu per liter, agar tidak ikut-ikutan bermain di kemasan premium."Tidak ada keterlibatan mafia yang sedang memainkan harga minyak goreng. Ini hanya urusan tata niaga," katanya.